REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) tidak menjatuhkan sanksi terhadap PSSI dalam rapat komite eksekutif (exco) di Tokyo, Jepang, Jumat (14/12).
Selanjutnya permasalahan tersebut akan dilimpahkan kepada Federasi Sepak Bola Asia (AFC) dan Indonesia diberi tenggat waktu selama tiga bulan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Pengamat sepak bola, Mohamad Kusnaeni, menyambut baik keputusan FIFA tersebut. ''Tentunya bagus. Ini kesempatan PSSI untuk menyelesaikan kembali masalah persepakbolaan secara internal tanpa campur tangan pihak luar," katanya saat dihubungi Republika, Jumat (14/12).
Kedua, kata Kusnaeni, hal itu di sisi lain bisa juga menggambarkan kepercayaan FIFA kepada PSSI. "FIFA percaya PSSI sebagai federasi kredibel untuk menyelesaikan masalah tersebut dan pemerintah tentunya harus memahami ini," katanya.
Ketiga, dengan keputusan ini dirinya melihat semangat perbaikan yang dibawa FIFA.
Menurutnya, dasar FIFA membuat keputusan itu setelah PSSI memberikan Round Map guna melihat sejauh mana ada upaya perbaikan.
"PSSI harus segera membenahi diri. Bisa menyelesaikan masalahnya sendiri sesuai dengan statuta. Bagi pemerintah, sebaiknya juga jangan terlalu dalam campur tangan. Apalagi sampai harus membentuk PSSI baru," lanjutnya.
Dia menilai keputusan FIFA tersebut merupakan kesempatan terakhir. "Seharusnya kedua kubu (PSSI-KPSI) harus memanfaatkan kesempatan itu sebaik-baiknya. Kalau gagal sampai Februari ini berarti sudah keterlaluan. Berarti ini tidak menghormati FIFA," lanjutnya.
Yang tak kalah penting, kata Kusnaeni, pihak-pihak yang selama ini bertikai harus segera mengakhiri pertempurannya, apabila memang sama-sama ingin memajukan sepakbola di Indonesia.
"Seharusnya kedua belah pihak harus menyadari. Marilah bersatu dan yang kemarin-kemarin lupakan," katanya.
Adapun tentang pembentukan Task Force menurut Kusnaeni tidak diinginkan oleh FIFA. ''Task Force oke sampai tahap mediasi, tapi campur tangannya jangan terlalu dalam,'' katanya.