REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia (KPSI) melalui Ketua Umumnya La Nyalla Mataliti mengaku dirinya optimistis jika organisasi yang saat ini dipimpinnya akan diakui oleh FIFA serta AFC.
Rasa optimisme yang besar tersebut bukannya tanpa alasan. Menurut La Nyalla, KPSI telah menyiapkan data-data untuk ditunjukan kepada FIFA.
“Kami sudah mempersiapkan beberapa data yang bisa menjadi senjata rahasia bagi kami. Data-data yang akan kami tunjukan kepada FIFA, yang akan menjadi satu bukti bahwa PSSI yang kami kelola adalah PSSI yang sah," kata La Nyalla seperti dilansir blog Liga Super Indonesia yang di-retweet akun Twitter resmi KPSI, @officialkpsi, Rabu (19/12) pagi.
Data-data yang oleh KPSI disebut sebagai salah satu senjata rahasia, yang saat ini masih belum ditunjukkan kepada FIFA dan AFC tersebut, adalah data tentang peserta kongres Palangkaraya yang digelar PSSI.
Menurut La Nyalla, pesertanya tidak sama dengan peserta kongres yang dilakukan di Solo. Padahal seharusnya, kata dia, peserta kongres Palangkaraya sama dengan kongres saat di Solo.
Kongres yang digelar KPSI sendiri menurut La Nyalla pesertanya sama dengan peserta Kongres yang digelar di Solo. Hal inilah yang menurut La Nyalla Mataliti menjadi salah satu senjata pihaknya untuk di jelaskan kepada FIFA dan AFC nanti.
Rasa percaya diri La Nyalla Mataliti semakin besar bahwa organisasi yang dipimpinnya akan diakui FIFA dan AFC sebagai PSSI resmi karena pihaknya memiliki seribu lembar laporan yang terjadi di PSSI selama di bawah pimpinan Djohar.
“PSSI yang dikelola Djohar hanya melaporkan beberapa lembar saja kepada FIFA dan AFC. Djohar tidak melaporkan dengan voter-voter-nya, sementara kita melaporkan hampir seribu lembar, dan itu semua di laporkan dengan lampiran semua peserta serta voter-voter-nya."