REPUBLIKA.CO.ID, Seorang ibu paruh baya mendatangi gerbang kantor Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). Di tangannya, melekat kertas karton putih yang dipenuhi coretan spidol berwarna hitam.
Tak disangka, sang ibu yang berdaster lusuh dan bersandal jepit ternyata punya perhatian besar pada isu sepak bola nasional. Di posternya, ibu itu menyampaikan beberapa kritik keras kepada Ketua Umum PSSI Djohar Arifin Husin. "Djohar perusak sepak bola!" begitu tulisan yang menghiasi baris pertama kertas kartonnya.
Si ibu juga menyertakan tulisan dengan bahasa yang cukup sulit dicerna masyarakat awam. Kata statuta dan exco (komite eksekutif) menghiasi baris tulisan yang dia usung.
Apa yang dilakukan si ibu sekilas menjadi cermin kepedulian masyarakat. Saking pedulinya pada sepak bola, seorang ibu sampai larut dalam sebuah aksi seorang diri untuk mengecam PSSI dan mendukung Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI).
Tidak hanya aksi si ibu, konflik PSSI juga menyeret atensi di dunia maya. Di jejaring sosial twitter, muncul beraneka ragam akun yang memiliki afiliasi dukungan pada salah satu kelompok. Akun resmi KPSI, contohnya, yang tidak henti membanjiri twitter dengan kata dukungan pada La Nyalla Mattalitti dkk. Di pihak lain, akun ini menyerang habis PSSI.
"Kongres PSSI pimpinan Djohar Arifin digelar di lobi Hotel Aquarius karena ruang kongres digembok polisi dan tidak direstui pemerintah!" begitu yang ditulis akun ofisial KPSI terkait Kongres PSSI di Palangka Raya, Kalimantan Tengah.
Di pihak lain, beberapa akun justru menampilkan sinyal dukungan pada PSSI dan mengecam KPSI. Salah satunya adalah akun twitter Revolusi PSSI. "Walau FIFA-AFC menolak hadir, peserta Kongres KPSI tetap yakin kongres mereka sah karena tidak dilarang oleh pemerintah dan Polri,” begitu tulis akun Revolusi PSSI mengomentari jalannya Kongres KPSI di Jakarta.
Aksi dukung-mendukung pun merembet hingga gedung DPR. Beberapa anggota DPR bahkan terlibat aktif dalam pusaran konflik PSSI. Anggota Fraksi Hanura, Djamal Aziz, merupakan salah satunya. Sebagai anggota exco KPSI, Djamal senantiasa melontarkan pernyataan mendukung kubu La Nyalla. Dukungan yang sama diberikan anggota Komisi X dari Partai Golkar Zulfadli kepada KPSI.
Sikap yang lebih netral datang dari politikus PDI Perjuangan Dedi "Miing" Gumelar. Pria yang juga aktif di Komisi X DPR ini mendesak konflik politik PSSI dan KPSI dihentikan. “Pemerintah harus membekukan keduanya,” kata Miing.
Pandangan Miing tidak terlepas dari kenyataan bahwa konflik politik PSSI kontra KPSI tidak mengenal kata akhir. Konflik pun mampu menyeret atensi politisi hingga seorang ibu.
Bila politisi yang berbicara itu mungkin biasa. Namun, saat seorang ibu turut beraksi menyikapi konflik PSSI, hal itu baru luar biasa. Aksi ibu di depan gerbang PSSI sontak memancing perhatian wartawan.
Saat ibu itu beraksi di depan kantor PSSI, beberapa waktu silam, seorang wartawan sempat memintanya menuliskan pesan di secarik kertas. Dalam pesannya, si ibu menulis kalimat "Johar perusak sepak bola Indonesia". Melihat tulisan sang ibu, seorang wartawan pun menceletuk, "Lho, kok tulisan Djohar di kertas ini berbeda dengan di karton?" Si ibu hanya menjawab singkat, "Saya cuman disuruh."