REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rencana tim nasional Indonesia untuk diperkuat para pemain Indonesian Super League (ISL) di ajang kualifikasi Piala Asia, kembali menemui jalan buntu.
Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia (KPSI) memberikan syarat yang tak mungkin terlaksana untuk melepas pemain ISL. Sebelumnya, Timnas telah merilis 43 nama pemain yang diproyeksikan membela skuat Garuda pada babak kualifikasi yang akan digelar pada Februari 2013.
Sejumlah pemain bintang ISL seperti Patrich Wanggai, Atep, Boaz Solossa, Greg Nwokolo, Victor Igbonefo, Ahmad Bustomi, dan Bambang Pamungkas menjadi harapan Indonesia mengharumkan nama bangsa. Ketua KPSI, La Nyalla Mattalitti sebelumnya mengisyaratkan akan melepas pemain ISL ke timnas.
Sebab, syarat yang sempat diajukan La Nyalla cukup mendatangkan angin segar kepada masyarakat Indonesia. Ia akan melepas pemain ISL apabila mendapat rekomendasi dari tim Gugus Tugas (Task Force) bentukan pemerintah.
"Kami akan melepas pemain ISL apabila ada perintah dari Task Force," kata La Nyalla di Jakarta, Kamis (20/12). Tapi kini, syarat itu justru melebar dan akan kembali berujung deadlock antara PSSI dan KPSI.
La Nyalla menyatakan akan melepas pemain ISL apabila timnas dikelola Task Force, bukan PSSI. Suatu hal yang tak mungkin terlaksana, mengingat Task Force tidak memiliki wewenang terkait hal tersebut.
Pria yang juga menjadi Ketua Kadin (Kamar Dagang dan Indsutri) Jawa Timur ini beralasan, Task Force merupakan pihak yang bisa menjadi penengah untuk mengatasi konflik saat ini, termasuk pembentukan timnas. Selain itu, tegas La Nyalla, keputusan tersebut lantaran KPSI tidak mengakui keberadaan Djohar Arifin Husin sebagai ketua PSSI.
Alasannya, Djohar sudah dimosi tidak percaya oleh 452 dari sekitar 572 anggota PSSI seluruh Indonesia yang akhirnya memilih La Nyalla pada Kongres Luar Biasa (KLB) Ancol, Maret 2012.
"Jadi, kalau Task Force tidak mengelola timnas, kami tidak akan melepas pemain ISL." ujar La Nyalla kepada Republika, Kamis (20/12). Pemanggilan pemain ISL pun akhirnya hanya akan menjadi sebatas wacana.
Sebab, Task Force menyatakan tidak memiliki wewenang mengelola timnas. Hal tersebut diungkapkan Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Kemenpora, Djoko Pekik Irianto, yang juga menjabat sebagai anggota Task Force. "Task Force tidak memiliki kewenangan untuk itu (mengelola timnas)," ucap Djoko.
Dia mengatakan, tugas Task Force hanyalah penengah dan motivator PSSI dan KPSI untuk menuntaskan konflik. Task Force pun sebenarnya hanya fokus mengawal polemik dualisme federasi.
Menanggapi hal ini, pelatih timnas Indonesia Nil Maizar tidak mau berkomentar banyak. Dia hanya ingin berpikir positif bahwa seluruh pemain terbaik Tanah Air mau memenuhi panggilan timnas.
Nil mengaku, belum menyiapkan langkah antisipasi untuk memanggil pemain lain andaikan nantinya pemain ISL benar-benar tidak bergabung. "Jangan berpikiran yang macam-macam dulu. Kita harus selalu berpikir positif," ujarnya.
Ia berharap semua pesepak bola terbaik Tanah Air yang telah masuk dalam daftar 43 pemain mau memenuhi panggilan. Sebab, babak kualifikasi Piala Asia bisa menjadi momen terbaik Timnas untuk bersatu dan bersaing di pentas Asia.
"Mudah-mudahan semuanya berkumpul saat pemusatan latihan awal Januari nanti," ujar Nil.