REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Hampir keseluruhan atau lebih dari tiga perempat para pesepakbola profesional di Inggris dan Skotlandia mempercayai depresi merupakan masalah dalam aktivitas mereka. Demikian hasil survei yang dilansir majalah 'FourFourTwo' Inggris, Rabu (2/1).
Survei yang melibatkan 100 orang responden, dan dilakukan lebih dari satu tahun setelah insiden bunuh diri pelatih Wales Gary Speed itu, menemukan depresi banyak terjadi pada pesepakbola lebih dari apa yang diperkirakan sebelumnya.
Seorang pesepakbola Divisi III League One yang enggan disebutkan namanya mengatakan depresi dapat terjadi pada banyak pemain. "Saya tahu karena saya pernah mengalaminya," kata dia. "Pemain menyerah sepenuhnya dalam bermain --- saya pernah dalam situasi itu," ujarnya menambahkan.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pesepakbola Profesional (PFA) Gordon Taylor mengatakan pihaknya telah membuat sistem atau mekanisme guna menghambat depresi pada pesepakbola
"Ini adala masalah yang telah kita ketahui dan sekarang kami akan meyakinkan pemain mengenai sistem penangkal depresi tersbeut," kata dia kepada Asosiasi Pers Inggris.
Taylor mengaku memiliki teman-teman konsultan dan juga terdapat pelayanan konseling di PFA. Survei tersebut juga mengungkapkan bahwa 26 persen dari responden pesepakbola menemui aksi rasisme saat pertandingan. Sementara 14 persen lainnya berpendapat terjadi pengaturan pertandingan, tapi tidak menyebutkan di tingkat mana pengaturan tersebut.
Selain itu, sebanyak 43 persen responden mengatakan terlalu banyak pemain asing di liga sepakbola Inggris dan 62 pesen lainnya berpendapat pemain 'gay' tidak dipaksa untuk keluar dari pertandingan.
Setengah dari responden menyatakan pesepakbola profesional menggunakan obat penenang, tapi hanya 13 persen yang menyatakan adanya penggunaan obat doping untuk bertanding.