Kamis 10 Jan 2013 00:25 WIB

Bepe: Saatnya Pemain Bersikap!

Bambang Pamungkas dengan kostum baru Timnas Piala AFF
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Bambang Pamungkas dengan kostum baru Timnas Piala AFF

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bambang Pamungkas kembali 'bersuara' lewat blog pribadinya. Ia menjelaskan latar belakangnya menuntut gaji yang tak dipenuhi klubnya, Persija Jakarta, sehingga memutuskan mogok bermain pada laga pertama Macan Kemayoran di kompetisi Indonesia Super League (ISL) akhir pekan lalu.

Ia kemudian mengajak para pemain lainnya untuk berani mengambil sikap terkait ketidakadilan yang selama ini mereka terima. Masalah gaji yang tak dibayarkan klub adalah bentuk kesewenang-wenangan yang menurutnya harus dilawan.

"Di bawah bendera Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI), kami mencoba untuk memperjuangkan hak-hak kami sesuai dengan pasal-pasal yang diatur dalam kontrak kerja yang kami sepakati bersama, antara klub dan juga para pemain," tulis pemain yang akrab dipanggil Bepe itu dalam blognya,www.bambangpamungkas20.com.

Bepe mengakui masalah keterlambatan gaji di dunia sepak bola Indonesia tidak hanya baru-baru ini saja terjadi, namun mungkin sudah puluhan tahun lamanya. Mengapa sekarang menjadi hal yang begitu besar? Menurut Bepe hal itu disebabkan adanya APPI yang menaungi pemain profesional di Indonesia.

"Sampai kapan kondisi ini akan terus terjadi berulang-ulang? Sampai kapan pemain dipandang sebelah mata oleh para pengurus dan pemilik klub? Sampai kapan pemain dipaksa untuk mengerti dengan keadaan manajemen, sementara manajemen tidak pernah mau mengerti dengan segala permasalahan yang dialami oleh pemain?" tanyanya.

"Bisakah disebut saling menghargai, jika salah satu pihak dituntut untuk terus melakukan kewajibannya, akan tetapi di sisi lain hak-haknya tidak dipenuhi? Apakah itu namanya saling menghargai, jika salah satu pihak mengharapkan pengertian dari pihak lain, sedang segala permasalahan pihak yang lain tidak pernah mau mereka mengerti? Saling menghargai itu artinya dari dua arah, tidak hanya satu arah," tambah Bepe.

Bepe kemudian meminta para pengelola ISL berkaca pada kasus meninggalnya mantan pemain Persis Solo (Divisi Utama PT Liga Indonesia) Diego Mendieta. "Kasus meninggalnya Diego Mendieta seharusnya dapat menjadi pelajaran dan menyadarkan kita semua. Betapa semena-menanya sebuah klub di negeri ini memperlakukan pemainnya," kata Bepe.

Ia pun mengajak para pemain lain untuk berani mengambil sikap terkait sikap semena-mena pengelola kompetisi tersebut.

"Sekarang adalah saat di mana pemain harus mulai berani untuk mengambil sikap. Sekarang adalah saatnya pemain sadar jika mereka adalah aset, mereka adalah faktor penting, dan sebuah komponen berharga dalam bergulirnya sebuah kompetisi sepakbola," kata Bepe.

"Mungkin kita tidak dapat merubah nasib generasi sekarang, akan tetapi setidaknya kita dapat mencoba menata sebuah pondasi yang kokoh untuk generasi yang akan datang," tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement