REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Roy Suryo menyatakan tidak akan gegabah dalam menentukan pilihan mengenai penyelesaian konflik dualisme kepengurusan sepak bola Indonesia. Karena itu, Roy berencana menemui PSSI dan KPSI pada pekan ini.
"Saya ingin secepatnya konflik selesai, tapi saya juga tidak mau gegabah. Saya akan bertemu kedua belah pihak, mungkin Kamis (17/1-red)," kata Roy kepada Republika, Selasa (15/1).
Roy mengatakan, pertemuan itu dilakukan untuk mencermati dan menanyakan kedua belah pihak mengapa Nota Kesepahaman (MoU) yang dibuat di Kuala Lumpur, Malaysia pada 7 Juni 2012 tidak terlaksana.
MoU, kata Roy, akan menjadi langkah awal bagi dirinya sebelum menentukan sikap dan menentukan pilihan terhadap dua kubu berseteru. Penjelasan dari masing-masing pihak dinilai Roy sangat penting untuk dijadikan acuan.
"Langkah ini sebenarnya sebagai proses mendengar masukan sebelum mengambil keputusan. Saya juga perlu menanyakan komitmen masing-masing pihak mengenai MoU," ucap Roy.
Namun Roy menegaskan, MoU tidak hanya menjadi satu-satunya acuan untuk menentukan keputusan. Dia juga mengaku akan mengacu pada aturan-aturan yang ada seperti statuta dan undang-undang.
"Statuta dan undang-undang juga akan jadi acuan. Yang pasti saya akan mengambil keputusan dengan terlebih dahulu melihat plus minus dari acuan-acuan yang ada," ucapnya.
Seperti diketahui, ada empat poin MoU antara PSSI dan KPSI. Yakni penyatuan liga, pengembalian empat Komite Eksekutif terhukum (La Nyalla Mattalitti, Roberto Rouw, Toni Apriliani, Erwin Dwi Budiawan), revisi statuta, serta menjalankan kongres dengan voters Solo.
Sayangnya, dari keempat poin itu tidak ada yang disepakati. Pertemuan Komite Bersama (Joint Committee) pun selalu berakhir tanpa keputusan. Mengenai kongres misalnya, PSSI dan KPSI akhirnya menggelar kongres secara terpisah. PSSI di Palangkaraya, sedangkan KPSI di Jakarta.