Jumat 22 Feb 2013 02:52 WIB

Spanyol Pesimistis Usai Kekalahan Barca

Pemain AC Milan merayakan kemenangan 2-0 atas Barcelona di leg pertama babak 16 besar Liga Champions di San Siro, Milan, Rabu (20/2).
Foto: AP/Felice Calabro
Pemain AC Milan merayakan kemenangan 2-0 atas Barcelona di leg pertama babak 16 besar Liga Champions di San Siro, Milan, Rabu (20/2).

REPUBLIKA.CO.ID, MILAN -- Menyusul kekalahan mengejutkan 0-2 Barcelona dari AC Milan pada Rabu malam, Spanyol kini harus realistis dengan ancaman bahwa tidak satupun wakil mereka maju ke perempat final Liga Champions untuk pertama kalinya dalam delapan tahun.

Gol dari Kevin-Prince Boateng dan Sulley Muntari membuat tim Italia itu menggenggam keuntungan saat bertandang ke Nou Camp tiga pekan lagi, dan terdapat rasa cemas di kalangan pers Spanyol pada Kamis bahwa dominasi negara mereka di benua itu dalam beberapa tahun terakhir kemungkinan telah berakhir.

"Ketakutan atau kematian?" tanya harian olahraga Madrid AS, sedangkan Marca memberikan komentar yang lebih pedas lagi. "The Cules (Julukan Barca) memainkan permainan terburuk mereka dalam lima tahun," tulis Marca di bawha judul utama mereka "Ini bukan Barca."

Kali ini, harian olahraga Barcelona, Sport dan Mundo Deportivo sepakat, di mana Sport menulis "Barca yang paling buruk" dan "wasit terburuk" sebagai penyebab kekalahan ini.

Dan meski terdapat keluhan perihal keputusan wasit Skotlandia Craig Thomson yang mengesahkan gol pertama Milan meski sempat terjadi handball, dan tidak ratanya permukaan lapangan San Siro, aspek yang paling menyesakkan pada para pemain Barca adalah bahwa tim mereka layak disalahkan.

Bek Gerard Pique mengklaim bahwa Barca "mungkin tidak sebagus yang mereka pikirkan," sedangkan Dani Alves menerima bahwa "kami tidak menciptakan peluang-peluang atau bereaksi setelah gol pertama."

Bagaimanapun, perasaan perih bukan bukan hanya menimpa kubu Katalan, keempat wakil Spanyol di babak 16 besar gagal bersinar.

Real Madrid harus mendaki gunung terjal jika mereka ingin meneruskan perjuangan mereka untuk merengkuh mahkota Eropa kesepuluhnya setelah hanya bermain imbang 1-1 saat menjamu Manchester United pekan lalu, dan baik Malaga serta Valencia harus menelan kekalahan dari FC Porto dan Paris Saint Germain.

Sejumlah teori mengenai apakah roda dominasi Spanyol akan berakhir, setidaknya di level klub, dan mengapa itu terjadi.

Editorial Tomas Guasch di Marca pada Kamis mengklaim bahwa hanya masalah waktu sampai minimnya persaingan di Liga Spanyol berdampak pada penampilan Barca dan Real di Eropa, sedangkan yang lain berspekulasi bahwa ini merupakan dampak dari krisis ekonomi yang akhirnya merambah lapangan hijau.

Bagaimanapun, pesimisme semestinya saat ini dapat ditahan. Rekor mengagumkan Barca perihal mencapai semifinal kompetisi paling elit di level klub Eropa selama lima tahun terakhir berarti bahwa mereka merupakan tim yang mampu mengubah defisit 0-2 menjadi sesuatu yang menguntungan mereka.

Dan Real juga mampu meraih kemenangan agregat 3-2 setelah menghadapi United yang lebih mengerikan, menyusul hasil 0-0 di Santiago Bernabu pada 2000.

Harga diri masih akan diperjuangkan oleh Malaga dan Valencia, sehingga sepak bola Spanyol masih dapat menetukan nasibnya sendiri terkait penampilan dua tim raksasanya.

Seandainya mereka mampu menyingkirkan United dan Milan pada beberapa pekan mendatang, maka rasa cemas akan menurun dengan cepat dan kemudian akan hilang sepenuhnya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement