REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bambang Pamungkas telah resmi mengundurkan diri dari Timnas Indonesia. Usai mengumumkan keputusan besar tersebut, Bepe memberanikan diri mengungkapkan hal-hal di balik sikapnya membela timnas di Piala AFF lalu.
Saat itu, menurut Bepe, keputusan bergabung dengan Timnas Indonesia bukan merupakan pilihan yang mudah mengingat hal itu bertentangan dengan kebijakan klub yang dibelanya, Persija Jakarta, dan juga institusi tempatnya berafiliasi, Indonesia Super League (ISL) dan Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia (KPSI).
"Pilihan tersebut jelas bukan tanpa risiko, baik bagi saya secara pribadi maupun masa depan karier sepak bola saya. Banyak orang yang menganggap saya ingkar janji, tidak sedikit yang menganggap saya sebagai seorang penghianat. Akan tetapi saya adalah saya, pribadi yang selalu berusaha untuk berkata benar jika memang benar, dan mengatakan salah jika memang demikian adanya, dengan apa pun resikonya," ujar Bepe lewat blog pribadinya.
Berani mengambil sikap dengan apapun hasil dari pilihan yang kita ambil, kata Bepe, adalah dua hal yang berbeda. "Mengambil sebuah keputusan murni berada di tangan setiap individu. Sedang hasil dari keputusan yang kita ambil acap kali tergantung dari banyak hal, termasuk kehendak dari sang Maha Pencipta," katanya.
"Sebagian orang berpikir bahwa saya sudah gila, karena mengorbankan seluruh reputasi dan karier saya, demi sebuah tim yang sudah diprediksi banyak orang akan mengalami kegagalan. Sebagian lagi berpikir saya salah melangkah, karena pada akhirnya tim nasional Indonesia harus kembali tersungkur dan bersimbah darah, di AFF Cup 2012," katanya.
"Mereka berpikir saya telah merusak kredibilitas dan reputasi dengan menumpahkan tinta hitam di atasnya. Tetapi, tidak demikian bagi saya pribadi. Saya merasa telah mengakhiri perjalanan panjang bersama tim nasional, dengan sebuah kebanggaan dan kehormatan, setidaknya sebagai sebuah pribadi yang merdeka."
"Saya mengawali tiga belas tahun karier saya bersama tim nasional dengan sebuah harapan besar, dan mengakhirinya dengan sebuah kemenangan besar. Sebuah kemenangan dari segala bentuk pemaksaan kehendak terhadap diri saya. Kemenangan diri saya atas nama sebuah kebebasan untuk mengungkapkan pendapat, menentukan sikap, serta bertindak atas nama sebuah hal yang saya yakini akan kebenarannya," ujarnya.
"Boleh saja orang menilai saya sebagai seorang penghianat dari kelompok saya, tetapi satu hal yang pasti, bahwa saya tidak pernah mengkhianati hati dan profesi saya. Sebuah profesi yang sangat saya cintai dan banggakan, sebagai pemain sepak bola," katanya.