REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Cuaca ekstrem masih menjadi kendala bagi Qatar untuk melaksanakan amanat FIFA yang menunjuknya sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022. Suhu yang mencapai lebih dari 40 derajat celcius saat memasuki musim panas, membuat negeri di jazirah Arab itu memiliki gagasan baru. Mereka berniat untuk menggelar Piala Dunia pada musim dingin (Oktober-Januari).
Sekjen Piala Dunia Qatar 2022, Hassan Al Thawadi mengaku masih membuka kemungkinan untuk menggelar Piala Dunia di periode tidak populer itu. Menurutnya, sebagian kontingen beberapa negara masih belum puas jika penyelenggara hanya memasang AC di penjuru stadion.
"Ada beberapa rekomendasi yang mengatakan musim dingin akan menjadi waktu tepat (untuk Piala Dunia 2022)," kata Hassan seperti dikutip ESPN Soccernet, Selasa (18/6).
Namun, ia mengaku masih membuka semua rekomendasi lain yang masuk. Alasannya, tak jarang juga banyak tim lain yang menolak digelar musim dingin. Mengingat periode itu merupakan musim sibuk sejumlah klub Eropa yang tengah berlaga di pentas domestik.
"Ketika kami menawarkan diri untuk Piala Dunia, niat kami selalu melaksanakannya di bulan Juni," kata Hassan.
Ia menambahkan, alam sembilan tahun ke depan akan tetap menyiapkan rencana penyelenggaraan untuk tetap berada pada Juni-Juli. Meski begitu, ia menyatakan siap jika dalam perjalananya diputuskan untuk menggelar pada musim dingin. Menurutnya, cuaca di Qatar saat musim panas pun tak se-ekstrem sebagaimana yang dipikirkan banyak orang.
"Aku sudah melihat banyak orang datang ke Qatar selama Juni. Tidak ada cerita horor seperti mereka meledak dalam kobaran api. Ini Qatar bukan Armageddon," ujarnya bergurau.
Qatar resmi ditunjuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2002 dalam rapat eksekutif FIFA pada 2 Desember 2010 di Zurich, Swiss. Dalam voting, negeri para pengusaha minyak itu menyingkirkan pesaing lainnya. Seperti Australia, Korea Selatan, Jepang, dan Amerika Serikat.