REPUBLIKA.CO.ID, RECIFE -- Tahiti akan melakoni laga perpisahan dengan para pecintanya di Piala Konfederasi 2013. Melakoni laga terakhir saat menghadapi Uruguay, Ahad (24/6) dini hari WIB, Tahiti menjadikan laga ini sebagai momen spesial bagi seluruh anggota skuatnya. Pelatih Tahiti, Eddy Etaeta, berjanji akan memberikan kesempatan untuk semua pemainnya menginjakkan kaki di lapangan Piala Konfederasi.
Salah satunya, Taeta telah menjanjikan akan menurunkan penjaga gawang terakhirnya, Gilbert Meriel untuk laga pamungkas nanti melawan Uruguay. Sepanjang dua pertandingan terakhir, Tahiti telah memberikan kesempatan bagi dua penjaga gawang lainnya, Mikael Roche dan Xavier Samin yang secara bergantian telah diturunkan saat Tahiti menghadapi Nigeria dan Spanyol.
"Kemenangan bukan menjadi target, aku ingin adil kepada semua pemain," kata Etaeta dilansir laman FIFA, Jumat (21/6).
Etaeta telah berulangkali menegaskan bahwa kehadiran timnya di Piala Konfederasi tahun ini bukanlah untuk bersaing. Menurutnya, yang terpenting adalah semangat timnya telah mampu mengambil hati masyarakat sepak bola Brasil dan dunia. Terbukti, Tahiti dianggap sebagai 'penyejuk' di saat di luar stadion terjadi gelombang protes penolakan Piala Konfederasi dan Piala Dunia 2014.
Kekalahan 0-10 atas Spanyol tiga hari lalu, membuat Tahiti mengukir kekalahan terbesar sepanjang turnamen FIFA. Skuat Toa Aito juga menjadi klub yang paling banyak kebobolan sepanjang Piala Konfederasi. Baru melakoni dua laga di fase grup B, Tahiti telah kebobolan 16 gol. Torehan itu membuatnya memutus rekor rekannya di konfederasi yang sama, Selandia Baru. Semifinalis Oseania Cup 2012 itu dibobol sebelas kali saat keikutsertaannya pada 2003.
"Tapi aku berharap ketika pulang, semangat ini membuat masyarakat Tahiti bangga," kata Etaeta menambahkan. Etaeta menjanjikan akan tetap bersemangat untuk laga nanti. Meski dia mengakui, Uruguay pasti akan tampil sepenuh tenaga untuk memastikan nasibnya lolos ke babak semifinal.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
