REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Pelatih Persis Solo, Widyantoro, merasa prihatin dan resah menyikapi bentrok suporter Persis Solo Vs PSS Sleman, Rabu (5/9) sore lalu. Ia merasa miris karena ia adalah bekas pelatih PSS Sleman. Saat terjadi bentrok pertama di Stadion Maguwoharjo setahun silam, ia berstatus sebagai pelatih PSS
''Saya berharap ada perdamaian antara teman-teman suporter, baik dari Solo maupun dari Sleman. Seharusnya kedua suporter bisa berdamai. Kan enak bisa menonton bareng-bareng dalam kondisi rukun,'' ujar Widyantoro dengan nada agak lemas.
Ia menilai, suporter dalam mendukung tim masing-masing hanya dibedakan dengan perbedaan warna seragam saja. Selebihnya, saat berpakaian biasa semua adalah teman. ''Alangkah baiknya hal itu juga diterapkan saat pertandingan sepak bola,'' harap pelatih asal Magelang ini.
Laga Divisi Utama LPIS antara Persis Solo kontra PSS Sleman di Stadion Manahan, Rabu (4/9) sore lalu, tercoreng aksi anarkis. Meski Persis dinyatakan menang WO atas PSS Sleman, kericuhan tak terhindarkan dengan korban yang berjatuhan akibat sweeping yang dilakukan suporter tuan rumah.
Tercatat sebanyak tujuh korban mengalami luka-luka dalam pertandingan tersebut, diantaranya Haryono Wibisono (19) Mojosongo, Harry Sukma Pramana Putra (23) Banjarsari, Gani Eka (15) Bantul, Dicky Arie Pradana (17) Bantul, Yuneri Dwi Nugroho (15) Klaten, Candra (17) Prambanan dan Abraham Nico (15) Prambanan.