REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) menunggu laporan LPIS terkait kerusuhan laga Divisi Utama PT Liga Prima Indonesia Sportindo (PT LPIS) musim 201/2013, antara PSS Sleman Vs Persis Solo, di Stadion Manahan, Solo, Rabu (4/9) lalu.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) PSSI, Joko Driyono, membenarkan PT LPIS masih belum memberikan laporan rinci terkait pertandingan yang diwarnai keributan tersebut. Sedikitnya tujuh korban dilaporkan mengalami luka-luka, seorang dalam kondisi kritis, tiga diantaranya dirawat di Rumah Sakit Brayat Minulya, Solo, akibat bentrok antar suporter pendukung kedua kesebelasan.
''Kami masih menunggu laporan dari PT LPIS. Sebab, hasil laporan tersebut akan ditinjau, apakah benar ada kejadian dan pelanggaran disiplin. Jika begitu, langsung ditindaklanjuti ke Komisi Disiplin,'' kata Joko.
Panasnya suasana pertandingan, sudah terasa sejak menit awal. Kondisi ini memicu pemain PSS Sleman mendapatkan teror dari suporter lawan. Sekitar menit ke-9, pemain PSS Sleman, Satrio Aji Saputro, mengalami luka serius di bagian kepala akibat dilempar batu.
Kejadian tersebut, belum mereda pada babak kedua. Alhasil, pemain PSS memilih untuk melakukan aksi WO, alias mogok main demi menjaga keamanan jiwanya. Suasana memanas tidak hanya terjadi di lapangan, namun merembet ke tribun penonton, hingga terjadi bentrok antar suporter.
Emosi suporter PSS Sleman terbawa hingga perjalanan pulang. Massa melakukan aksi perusakan toko besi dan bengkel di daerah Jonggrangan Klaten. Aksi berlanjut sweeping di jalan Solo-Yogyakarta, tepatnya di Dusun Koplak, Kebondalem Kidul, Prambanan, Klaten.
Aksi tersebut, mengakibatkan dibakarnya satu motor berpelat nomor AD (Solo) milik warga Polanharjo, Klaten. Bus Sumber Selamat, dulu bernama Sumber Kencono, jurusan Yogyakarta-Surabaya juga menjadi sasaran amuk massa. Beberapa bagian kaca bus pecah, hingga 17 penumpang dibuat panik.