REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Pecinta sepak bola, khususnya Milanisti, sangat terkejut dengan kepergian Kevin-Prince Boateng pada bursa transfer lalu. Secara tiba-tiba, ia meninggalkan San Siro untuk bermain di Bundesliga Jerman memperkuat Schalke 04.
Tidak ada kode iklan yang tersedia.
Namun, sekarang terungkap alasan di balik kepergian pemain timnas Ghana itu. Bukan seperti dugaan banyak kalangan yang menilai Boateng pindah lantaran Milan bakal mendatangkan Kaka dari Real Madrid. Ternyata, pemain berusia 26 tahun itu sangat tidak nyaman dengan atmosfer kompetisi Serie A Italia.
Maraknya rasisme yang disuarakan suporter kepada Boateng membuatnya frustasi. Ia beberapa kali menjadi sasaran suporter yang menirukan suara binatang.
Paling parah terjadi ketika Milan menggelar laga uji coba melawan Pro Partia pada awal Januari lalu. Ketika mendapat siulan, sontak ia menggiring bola ke pinggir lapangan untuk kemudian melepas seragam klub dan meninggalkan lapangan.
Direktur Keuangan Schalke 04, Peter Peters, mengakui alasan kepindahan Boateng didasari pengalaman yang tidak mengenakan di Negeri Pisa. Ia terikat kontrak untuk merumput di Veltins-Arena hingga musim 2017.
“Boateng ingin berpindah klub karena terlalu banyak aksi rasisme di Liga Italia,” katanya, kepada Bild Sport Plus, Selasa (10/9).
Peters mengatakan mantan pemain Portsmouth itu sudah mengutarakan keinginannya kepada petinggi Diavolo. Namun karena Milan masih harus bertanding di playoff Liga Champions, ia dibolehkan meninggalkan Italia dengan syarat membantu klubnya lolos ke babak utama.
Usai melesakkan dua gol ke gawang PSV Eindhoven untuk membantu klubnya ke babak utama Liga Champions dengan kemenangan agregat 4-1, sehari sesudahnya ia memilih memperkuat Die Knappen.
Tiga musim bersama Rossoneri, Boateng bermain sebanyak 100 kali dan mempersembahkan gelar Scudetto musim 2010/2011 dan Super Coppa Italia 2011.