Rabu 02 Oct 2013 23:58 WIB

PSSI Sadari Potensi Opini Negatif Soal Semen Padang

Rep: Satria Kartika Yudha/ Red: Mansyur Faqih
Joko Driyono
Foto: Antara/Dhoni Setiawan
Joko Driyono

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekjen PSSI Joko Driono menyadari, adanya persepsi perlakuan khusus untuk Semen Padang. Namun ia mengklaim itu semua dilakukan dengan berbagai pertimbangan.

Secara historis, ujar Joko, Semen Padang dulunya merupakan klub peserta Indonesia Super League (ISL) sebelum akhirnya pindah ke Indonesia Premiere League (IPL). 

"Pasti ada opini negatif di masyarakat. Tapi ini semua sudah didiskusikan dalam forum dengan klub-klub IPL dan mereka menyetujui adanya opsi kedua ini," ujarnya, Rabu (2/10).

PSSI memberikan dua opsi terkait format baru yang akan diterapkan untuk kompetisi IPL. Osi pertama yakni kompetisi IPL tidak dilanjutkan. PSSI akan langsung melakukan verifikasi terhadap klub yang saat ini menempati peringkat empat besar LPI. 

Jika opsi ini yang kemudian dipilih, maka Semen Padang bersama Pro Duta, Perseman Manokwari, dan Persiba Bantul memiliki peluang besar untuk meraih tiket unifikasi. "Asalkan mereka lolos verifikasi," kata Joko. 

Opsi kedua yakni dengan melakukan play-off. Namun Semen Padang tidak perlu mengikuti play-off karena mendapat wild card dari PSSI. Artinya, Semen Padang sudah memijakkan satu kakinya ke unifikasi liga dan tinggal menempuh proses verifikasi. Dengan begitu, play-off akan diikuti oleh 10 klub. 

Joko mengatakan, Komite Eksekutif PSSI akan menentukan secepatnya opsi mana yang akan dipilih. Paling cepat, kata Joko, keputusan sudah akan diambil pada Kamis (3/10). Jika opsi kedua yang dipilih, play-off akan dilakukan sepekan kemudian dan dilaksanakan oleh PSSI, bukan PT. Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS) yang merupakan operator IPL. 

CEO LPIS WIdjajanto mengaku, akan patuh terhadap apa pun opsi yang akan diputuskan Komite Eksekutif PSSI. "Kompetisi ini bukan milik LPIS. Melainkan milik klub dan PSSI. Kami hanya penyelenggara. Jadi kami akan mencoba menghargai keputusan federasi," ujar Widjajanto. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement