REPUBLIKA.CO.ID, BUDAPEST -- Hairdryer Treatment, bagi pecinta sepak bola khususnya pendukung Manchester United (MU) tentu tak asing dengan istilah ini. Terapi pembangkit semangat ala pelatih legendaris Sir Alex Ferguson tersebut menjadi terkenal ketika MU berjaya mulai dekade 1990an.
Puncaknya, Hairdryer Treatment diyakini menjadi biang kesuksesan MU saat menang di final Liga Champions 1999. Mulai saat itu, dunia terpatri pada konsep jika MU bermain buruk di babak pertama lalu menjadi fantastis di 45 menit berikutnya, Ferguson sudah memarahi mereka habis-habisan dengan Hairdryer Treatment-nya.
Namun, tahukah anda bahwa ternyata Sir Alex tak pernah lagi melakukan Hairdryer Treatment di era sepak bola semakin modern. Ya, Fergie, sapaan akrabnya, ternyata sudah meninggalkan gaya membangkitkan semangat dengan cara marah-marah pada pemain ini sejak beberapa musim terakhirnya di MU.
Dalam sebuah workshop yang dihelat UEFA di Budapest, Hongaria, Fergie memaparkan, faktor mental pemain sepak bola saat ini tak sebaja sepuluh-dua puluh tahun lalu. Hal itulah yang mendorongnya meninggalakan Hairdryer Treatment.
"Aku mengamatinya dari tahun ke tahun. Hingga beberapa musim lalu aku sadar pemain masa kini lebih rapuh, tentu bukan solusi jika metode itu (Hairdryer Treatment) digunakan saat mental sedang buruk karena tertinggal," kata pelatih yang sudah pensiun sejak Mei 2013 ini Rabu (16/10) dinukil dari ESPN.co.uk.
Fergie menjelaskan menurunnya mental pemain saat ini sedikit banyak dipengaruhi oleh faktor ekonomi. Dia berujar, dengan kehidupan financial pesepakbola saat ini yang lebih baik, terkadang fokus mereka tidak terarah. Sehingga, ketika tim tertinggal dan malah dimarahi, bukannya semangat pemain malah tambah lemas atau bahkan 'ngambek'.
"Jadi situasinya tidak sama dengan dulu. Dalam beberapa musim terakhir saya tidak bisa lagi marah-marah, mereka justru harus diberi kenyamanan," kata dia.
Namun pengoleksi ratusan gelar baik bersama tim maupun invidu ini berujar, setidaknya tujuan dari Hairdryer Treatment itu sudah selalu dipegang teguh punggawa united.
"Inti dari perlakuan itu (Hairdryer Treatment) karena filosofi saya. Sebelum pertandingan berakhir tak ada kata menyerah, sekalipun tim tertinggal lebih dulu, semua pesepakbola mengerti itu," kata kakek yang telah melatih MU selama 26 tahun lamanya ini.