REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Tiga tugas pokok diamanahkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada Roy Suryo, setahun lalu. Persis pada 15 Januari 2013, Roy mendapatkan tugas menggantikan Andi Alfian Malarangeng yang mengundurkan diri sebagai menteri pemuda dan olah raga (menpora) karena kasus korupsi.
Hari ini, Rabu (15/1), tepat setahun Roy menjalankan amanah sebagai menpora. Penyatuan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), konsolidasi kementrian dan peningkatan prestasi olah raga merupakan tiga pekerjaan yang harus segera dijalankan Roy. Tahun 2013, ia fokuskan sebagai tahun kebangkitan olahraga.
Roy mengakui penyatuan PSSI merupakan satu tugas yang paling berat.
PSSI sebagai induk sepakbola Indonesia menghadapi masalah internal yang panjang dan berlarut-larut. Prestasi sepak bola di tahan air menjadi hal yang dipertaruhkan dari konfik PSSI.
Bermacam cara diupayakan untuk menyelesaikan konflik PSSI. Konsultasi dan komunikasi dijalin dengan smeua pihak termasuk FIFA, badan organisasi sepakbola dunia guna mencapai titik terang dari masalah itu. Akhirnya pada 17 Maret 2013, lembaga tersebut menyelesaikan Kongres Luar Biasa (KLB).
“Meski ada satu dua kerikil-kerikil, KLB pada 17 Maret lalu telah berhasil menyatukan PSSI,” ujar Roy.
Setelah PSSI bersatu, kata Roy, prestasi sepak bola perlahan mulai menunjukkan adanya kebangkitan. Tim nasional banyak dijajal dengan klub papan atas Eropa. Latihan tanding tersebut bisa meningkatkan jam terbang tim nasional.
Perbaikan roda organisasi PSSI turut berdampak pada perbaikan prestasi tim di level usia lain. Puncaknya, ketika timnas U-19 menjadi juara Turnamen Asean Football Federation (AFF) 2013.
Sayangnya, kemenangan timnas U-19 belum diikuti oleh timnas lainnya.
Timnas U-23 belum berhasil mempersembahkan juara dalam perhelatan Sea Games di Myanmar Desember lalu. Walaupun kalah, keberhasilan Andik dan kawan-kawan menembus final, dianggap sebagai prestasi.
Kekalahan ini, ujar Roy, sedikit termaafkan karena Merah Putih berhasil membekuk negeri jiran Malaysia dan tuan rumah Myanmar.
Tugas kedua yang diemban pria asli Yogyakarta ini adalah konsolidasi internal kemenpora. Ia mengambil alih pucuk kepemimpinan kemenpora saat beberapa pejabat kemenpora dinon aktifkan karena masalah hukum.
Kehadiran pemimpin baru diharapkan bisa mengembalikan suasana internal kementerian menjadi lebih kondusif.
Namun, penunjukan Roy sebagai Menpora juga sempat menuai banyak kritikan. Apalagi, Roy lebih dikenal publik sebagai pakar telematika.
Tidak memiliki latar belakang di dunia olah raga membuat Roy menempatkan dirinya dalam posisi sebagai orang yang selalu belajar.
Hal ini menjadi satu kekuatan bagi Roy dalam menjalin komunikasi dengan para pemangku kepentingan di bidang olah raga.
Ruangan kerjanya menjadi saksi banyaknya orang yang berembug mencoba mencari solusi dari segudang masalah olahraga di Tanah Air. Ia memosisiskan diri sebagai orang yang senantiasa belajar dan sowan kepada tokoh-tokoh senior untuk mencari jawaban permasalahan.
“Saya bersama tim, sahabat mengedepankan prinsip kita adalah satu, tidak ada ruang-ruang yang menghambat antar sesama staf di kemenpora. Itu menjadi kunci konsolidasi di internal,” katanya.
Selain konsolidasi di internal kementrian, Roy mengakui masih ada pekerjaan rumah yang harus diselesaikan yakni konsolidasi badan-badan pelaksana yang menjadi bagian dari tupoksi olahraga. Roy mengatakan konsolidasi KONI dan KOI akan menjadi salah satu bagian yang dirampungkan. Ia berharap kedua lembaga itu bisa bersinergi tanpa tumpang tindih.
“Konsolidasi ini sangat penting sebagai suatu langkah awal untuk mengukir prestasi olah raga,” kata Roy.
Selain itu, Kemenpora juga bersinergi dengan pengurus organisasi-organisasi olahraga untuk bersama urun rembug memajukan prestasi olah raga. Misalnya dengan pengurus organisasi bulu tangkis, wushu, catur. Ia mengatakan jangan sampai masalah konsolidasi menjadi salah satu hambatan dalam mengukir prestasi.
“Ini tidak bisa lepas dari dukungan semua,” katanya.
Semangat kebangkitan olahraga akan terus digemakan di tahun 2014.
Apalagi, di tahun kuda kayu ini juga diwarnai penyelenggaraan Piala Dunia 2014. Kemenpora akan menjadi rumah bagi para pecinta bola.
Tak hanya menggelar event nonton bareng, kemenpora akan menggelar diskusi peningkatan prestasi sepak bola. Hasil diskusi ini diharapkan menjadi satu referensi akademik untuk meningkatkan prestasi sepak bola Indonesia.
Tahun 2014 juga dicanangkan sebagai tahun kebangkitan pemuda. Meski banyak orang berpendapat tahun 2014 sebagai tahun politik, ia menjamin pihaknya akan terus berkonsentrasi bekerja untuk kebangkitan pemuda.
Ia menjanjikan akan ada kejutan peringatan Sumpah Pemuda yang rencananya akan dihelat di Yogyakarta.
Sementara, tahun ini event hari olah raga nasional akan digelar di Surakarta. Acara kepemudaan akan disinkronkan dengan agenda olahraga.
“Saya merasa tahun kemarin memang belum banyak menyentuh kepemudaan. Banyak sekali PR kita,” ujar dia.
Ia cukup optimis akan banyak hal menarik di bidang kepemudaan. Misalnya, terpilihnya mantan Menpora Adhyaksa Dault terpilih sebagai Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) dianggap sebagai suatu angin segar agar koordinasi antara kemenpora dan Kwarnas makin baik, baik dari segi pembinaan organisasi maupun kepemudaan. Hal ini menjadi salah satu bekal untuk membangkitkan semangat pemuda Indonesia.
Ia yakin pemuda-pemuda Indonesia memiliki potensi untuk memajukan bangsa dan negara.