REPUBLIKA.CO.ID, RIO DE JANEIRO -- Ancaman protes sosial membayangi penyelenggaraan Piala Dunia 2014 yang akan dihelat Juni-Juli mendatang di Rio de Janeiro, Brasil. Berkenaan dengan hal tersebut, FIFA berjanji tidak akan menutupi apapun soal ancaman keamanan yang mungkin ditimbulkan.
Pada penyelenggaraan Piala Konfederasi, Juni tahun lalu, aksi-aksi protes dilakukan secara masif oleh berbagai kelompok sosial. Mereka menyoroti berbagai isu, termasuk mengontraskan angka kemiskinan dan mahalnya biaya yang dikeluarkan untuk Piala Dunia.
Protes tahun lalu mulanya dipicu oleh kenaikan tarif angkutan, yang menjalar ke aksi-aksi demonstrasi secara sporadis. Aksi protes tersebut juga mengangkat kampenye anti-FIFA, induk organisasi sepak bola dunia.
Aksi-aksi demonstrasi itu berujung bentrokan. Polisi beraksi dengan menembakan gas air mata dan peluru karet. Enam orang tercatata meninggal dalam kerusuhan tersebut. Akibat adanya sejumlah ancaman, panitia Piala Dunia melakukan sejumlah penyesuaian.
Sekjen FIFA Jarome Valcke mencontohkan arena berkumpul para suporter yang disebut Fan Fest, terpaksa di pindahkan dari tengah-tengah kota. Sementara itu, ancaman serangan massa juga ditujukan terhadap korporasi-korporasi besar dunia yang menyeponsori Piala Dunia, seperti Coca-Cola dan Hyundai.
Kelompok Anarkis yang dikenal dengan sebutan Black Block merencanakan aksi besar-besaran selama penyelenggaraan Piala Dunia di Rio de Janeiro. Ancaman ini sontak mengundang perhatian masyarakat luas yang akan datang ke Brasil.