REPUBLIKA.CO.ID, MAJALENGKA -- Perhelatan akbar Piala Dunia 2014 di Brazil, sudah di depan mata. Gegap gempita untuk menyambut ajang paling bergengsi di dunia sepak bola itupun sudah terasa, termasuk di Indonesia.
Meski Timnas Indonesia tidak turut menjadi peserta Piala Dunia di Brasil, namun tidak mengendurkan antusiasme masyarakat untuk menyambutnya.
Antusiasme itu semakin terasa di Kabupaten Majalengka. Betapa tidak, bola sepak produksi lokal dari daerah mereka turut memeriahkan ajang tersebut. Bola itu diproduksi PT Sinjaraga Santika Sport (Triple’S) di daerah Liangjulang, Kabupaten Majalengka.
Bola Triple S pertama kali digunakan dalam ajang Piala Dunia 1998 di Perancis. Kala itu, bola asli produk Indonesia tersebut digunakan para pemain top dunia.
Setelah itu, bola sepak Triple S pun laris manis di pasaran ekspor. Bola itu menggelinding ke berbagai negara, di antaranya Korea Selatan, Jepang, Malaysia, Belanda, Jerman, Perancis, Kuwait, Brazil maupun negara-negara di benua Afrika.
Bola Triple S pun terus menggelinding saat perhelatan Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan. Pesanan si kulit bundar itu meningkat tajam ketika persiapan piala dunia baru dilakukan.
Pada Piala Dunia 2014 yang akan berlangsung di Brazil, bola Triple S kembali menggelinding ke Negeri Samba tersebut.
Namun, bola asli Majalengka itu bukan untuk digunakan di dalam pertandingan melainkan hanya untuk acara-acara pendukung dan promosi.
‘’Bola yang dikirim ke Brazil sejumlah kurang lebih satu juta buah bola,’’ ujar Direktur Ekspor Impor PT Sinjaraga Santika Sport, Jefry Rommdonny, kepada Republika, Kamis (20/2).
Jefry menjelaskan, bola Triple S yang dijualnya dibandrol dengan harga bervariasi, antara 7-20 dolar Amerika Serikat per buah. Dalam sebulan, produksi bola Triple S rata-rata mencapai 100 ribu buah.
Untuk memproduksi bola tersebut, PT Sinjaraga Santika Sport menerapkan sistem kerja inti plasma. Maksudya, mempekerjakan sekitar 200 orang karyawan di dalam pabrik dan dibantu dengan sekitar 2.000 pekerja di luar pabrik.
Bola Triple S pun telah mendapatkan sertifikat dari FIFA, sertifikat ISO 9001:2000, Good Design dari JIKA, dan lisensi dari CE (Community Europe).
Karenanya, tak heran jika bola itu digemari pasaran ekspor dunia karena memang kualitasnya telah memenuhi standar internasional.
Namun sayang, hal yang ironi justru terjadi di dalam negeri. Pengakuan dunia akan kualitas bola Triple S asal Majalengka, belum mengetuk hati PSSI untuk menggunakan bola produk asli Indonesia itu.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, saat berkunjung ke pabrik PT Sinjaraga Santika Sport Majalengka awal Feruari 2014, meminta agar semua pihak, pemerintah pusat, daerah, seluruh rakyat indonesia, termasuk PSSI, untuk benar benar berpihak pada industri bola sepak dalam negeri.
Lebih lanjut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan, dengan berkembangnya industri bola, maka lapangan pekerjaan pun akan terbuka.