Ahad 23 Feb 2014 16:25 WIB

FIFA: Tiap Bulan, Satu Pesepakbola Sekarat Akibat Gagal Jantung

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Mansyur Faqih
FIFA
Foto: Reuters
FIFA

REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Sebuah fakta mencenangkan diungkapkan anggota Eksekutif FIFA, Michel d'Hooghe. Pria yang juga menjabat Kepala Divisi Kesehatan FIFA itu menyebut, setidaknya dalam satu bulan, satu pesepakbola profesional mengalami sekarat lantaran menderita gagal jantung.

Menurutnya, kondisi ini lantaran minimnya fasilitas kesehatan yang dimiliki sebuah klub. Terutama klub-klub yang berada di negara dunia ketiga dan berkembang. Selain itu, kesigapan petugas medis dalam menangani pemain yang terkena serangan jantung saat bermain juga menjadi sorotan utama dokter asal Belgia tersebut.

D'Hooghe pun meminta, semua pihak terkait, terutama otoritas di negara tersebut untuk bisa menyediakan fasilitas atau pusat kesehatan yang memadai. Pusat kesehatan itu tidak hanya akan mengobati pemain yang mengalami gagal jantung. Namun juga bakal mencegah ancaman gagal jantung yang menghantui para pemain.

"Ini adalah bahan pembahasan yang sangat penting. Tidak hanya untuk para pemangku kepentingan di dunia sepak bola. Tapi juga untuk pemain itu sendiri. Pusat kesehatan yang memadai akan meminimalisasi terjadinya gagal jantung yang menimpa pemain," kata D'Hooghe seperti dikutip Daily Mail.

Publik tentu masih ingat bagaimana pemain Bolton Wanderers, Fabrice Muamba harus pensiun dini setelah sempat mengalami gagal jantung saat laga lanjuta Piala FA pada 2012. Dalam laga kontra Tottenham Hotspur itu, Muamba tidak sadarkan diri dan jantungnya sempat berhenti selama 78 menit.

Beruntung, tim medis Bolton Wanderers langsung memberikan pertolongan pertama dan membawanya ke rumah sakit. Nyawa mantan pemain timnas Inggris U-21 itu pun akhirnya tertolong setelah menjalani perawatan lanjutan di rumah sakit. 

Akibat insiden ini, Muamba pun memutuskan pensiun dini pada usia 25 tahun. Belajar dari kasus Muamba, D'Hooghe menyebut, setiap klub perlu melakukan pemantauan kesehatan secara detail soal kondisi pemain sebelum melakukan rekrutmen.

Setiap klub juga diharapkan memiliki akses terhadap alat pemantau kondisi jantung. "Memang tidak ada jaminan soal hal ini. Tapi, kami bisa menyelamatkan banyak nyawa dengan rangkaian tindakan pencegahan tersebut," tutur D'Hooghe.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement