REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Persebaya berharap Pemerintah Kota Surabaya memberikan izin penggunaan Stadion Gelora 10 November Tambaksari untuk pertandingan Indonesia Super League (ISL). Khususnya saat menjamu lawan yang tidak banyak menyedot penonton.
Chief Executive Officer (CEO) Persebaya Gede Widiade mengatakan pihaknya sejak awal sudah mengajukan dua stadion sebagai "homebase" ISL musim ini kepada PT Liga Indonesia, yakni Stadion Gelora Bung Tomo dan Stadion Tambaksari.
"Tapi, untuk penggunaan Stadion Tambaksari, Persebaya belum pernah sekalipun mendapatkan izin pemkot sehingga kami harus main di Stadion GBT (Gelora Bung Tomo) yang lokasinya jauh di pinggiran kota, meskipun lawannya bukan tim besar," katanya di Surabaya, Rabu (9/4).
Akibatnya, lanjut Gede, animo penonton untuk menyaksikan secara langsung laga Persebaya ikut tergerus. Selain ada faktor lain yang ikut mempengaruhi kehadiran penonton di stadion, salah satunya masa transisi pasca-konflik dualisme.
"Dari perhitungan kami, angka penurunan penonton sekitar 30 persen. Kami berharap Wali Kota punya kepedulian terhadap Persebaya sebagai tim kebanggaan warga Surabaya dengan mengizinkan main di Tambaksari. Sepak bola ini hiburan murah bagi masyarakat," ucap Gede.
Terkait alasan Stadion Tambaksari belum selesai direnovasi, Gede justru menilai alasan itu tidak tepat, karena saat masa kampanye Pemilu Legislatif beberapa waktu lalu. Sejumlah partai besar mendapat izin menggunakan Stadion Tambaksari untuk menggelar rapat akbar atau kampanye terbuka.
"Kalau dipakai kegiatan kampanye bisa, mengapa untuk pertandingan sepak bola tidak boleh. Toh yang pakai juga Persebaya Surabaya dan bayar sewa," tambah Ketua Asosiasi PSSI Kota Surabaya itu.