Yaya Toure Akui Alami Diskriminasi Rasial

REPUBLIKA.CO.ID, MANCHESTER -- Gelandang Manchester City, Yaya Toure mengakui dirinya mengalami diskriminasi rasial terkait pengakuan atas kualitas permainan yang dimilikinya. Jika Toure berasal dari Eropa ataupun Amerika Selatan, mungkin ceritanya bakal sedikit berbeda bagi gelandang asal Pantai Gading tersebut.

Pengakuan ini diungkapkan gelandang berusia 30 tahun itu dalam sebuah wawancara ekslusif dengan program Football Focus, BBC, Sabtu (19/4) waktu setempat. Eks gelandang Barcelona itu sepakat dengan anggapan Samir Nasri, yang menyebutkan sulit buat Toure untuk mendapatkan pengakuan sebagai salah satu gelandang terbaik di dunia lantaran dia berasal dari Afrika.

''Saya kira, apa yang dikatan Nasri benar-benar tepat. Jujur, pengakuan paling adil hanya datang dari fans. Saya tidak mau merasa negatif, tapi saya hanya berusaha jujur. Jika kami bermain apik, tapi tidak mendapat perhatian dari media, maka kami tidak akan berada di level yang kami inginkan,'' kata Toure seperti dikutip BBC.

Toure menambahkan, media-media justru kerap menyoroti kesalahan-kesalahan yang dia buat bukan pencapaian-pencapaian atau kontribusi maksimal yang dibuat oleh Toure untuk membawa timnya meraih kemenangan.

Selain itu, Toure juga menyoroti bagaimana media membentuk opini soal pemain-pemain Afrika. Sebagai contoh, Toure menambahkan, di daratan Afrika, nama Lionel Messi tentu bakal dikenal. Namun, jika menyebut nama Toure di daratan Eropa, belum tentu semua orang bakal mengenalinya.

''Beberapa orang Eropa mungkin tidak akan mengenal diri saya. Atau beberapa dari mereka mungkin berkata, mereka pernah dengar nama saya, tapi tidak pernah tahu muka saya,'' ungkap tiga kali peraih gelar pematin terbaik Afrika tersebut.

Bersama tiga pemain Liverpool, Luis Suarez, Steven Gerrard, Daniel Stturidge, dan gelandang Chelsea, Eden Hazard, serta winger Southampton, Adam Lallana, Toure termasuk ke dalam kandidat peraih pesepak bola terbaik tahun ini versi Professional Footballers Association.