REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Pemain internasional Brazil yang memperkuat Barcelona Alves menjadi sorotan perihal rasisme di sepak bola Spanyol, ketika ia menggigit pisang yang dilemparkan kepadanya saat timnya menang di markas Villarreal.
Para pemain bintang dari negara dan ras yang berbeda termasuk Neymar, Sergio Aguero, dan Luis Suarez bergabung dalam kampanye "Kita semua adalah kera."
Sosok pelaku di El Madrigal telah ditahan dan mendapat larangan memasuki stadion seumur hidup oleh Villarreal.
Namun Alves mengatakan itu bukan solusi. "Saya telah berada di Spanyol selama 11 tahun dan itu sama saja selama 11 tahun. Anda harus menertawakan orang-orang yang terbelakang itu," ucapnya setelah pertandingan.
Ejekan-ejekan kera terhadap Diop telah menjadi judul-judul halaman depan di pers Inggris, termasuk BBC dan edisi-edisi internet Daily telegraph dan Daily Mail.
"Sepak bola Spanyol harus menghadapi fakta bahwa mereka memiliki masalah rasisme yang serius. Mereka tidak dapat terus membenamkan kepala-kepala mereka di dalam pasir," tulis mantan pemain internasional Inggris Gary Lineker yang pernah bermain untuk Barcelona.
Namun insiden itu hanya menciptakan sedikit gelombang di Spanyol."Tarian kecil Diop tertuju pada penggemar Atletico yang berada di bagian atas (stadion)," tulis harian olahraga berbasis di Barcelona Mundo Deportivo. "Namun teriakan-teriakan yang diduga rasis, ... itu hanya seperti ejekan lainnya," tambahnya.
Harian olahraga dengan penjualan terbesar Marca mengatakan delegasi pemain Atletico mendatangi Diop di ruang ganti setelah pertandingan untuk meminta maaf.
Reaksi lunak di Spanyol bergema dengan nada serupa melalui komentar-komentar yang dibuat para ofisial sepak bola Spanyol setelah skandal pelemparan pisang terhadap Alves.
"Itu tidak dilakukan semua orang. Saya inngin berpikir mengenai insiden-insiden terisolir. Di sepak bola tidak ada rasisme, tidak ada sama sekali," kata pelatih timnas Spanyol Vicente Del Bosque saat itu.
"Anda tidak dapat menghakimi semua penggemar berdasarkan tindakan sedikit ektrimis, apakah mereka dari Villarreal atau Atletico atau klub manapun," tulis harian konservatif El Mundo pada Senin.
Salvador Rodriguez Moya, pewarta dan penulis buku "Kartu Hitam untuk Rasisme," yang menghitung terdapat 300 tindakan rasis di sepak bola Spanyol, mengatakan akan keliru untuk mengutuk seluruh Spanyol dan sepak bola Spanyol sebagai rasis, dengan menyebut insiden-insiden itu terisolasi dan anekdotal."
"Namun memang benar bahwa itu seperti gunung api yang tidur, yang dapat meletus kapan saja," kata Moya saat diwawancarai.
"Episode-episode rasis terjadi dan terus terjadi. Kami tidak dapat mengalihkan mata kami," tambahnya.
Ramon Miravitllas, pewarta, penulis buku, dan akademisi yang telah menulis mengenai politik di olahraga, mengatakan sebagian Spanyol menderita karena mengabaikan sejarah dan budaya-budaya lain.
"Di bagian terdalam Spanyol hari ini, yang ada bukan rasisme namun struktur kelas, seleksi, pengucilan, minimnya pemahaman terhadap budaya-budaya tertentu," ucapnya kepada AFP.
"Itulah masalahnya, masalah budaya di bagian terdalam Spanyol yang tidak tahu bahwa negeri ini hidup dari imigrasi selama bertahun-tahun dan tidak mengakuinya sebagai negeri multi budaya."