Selasa 06 May 2014 23:34 WIB

APPI Lakukan Edukasi Untuk Pemain Sepak Bola Profesional

Rep: C40/ Red: Julkifli Marbun
Sepak bola (ilustrasi)
Foto: polsonyouthsoccer.org
Sepak bola (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- APPI (Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia) lakukan edukasi untuk pemain sebak bola Indonesia. Acara tersebut digelar di Hotel Mulia, Jakarta, Selasa (6/5).

CEO APPI, Valentino Simanjuntak menjelaskan, APPI ILC 2014 merupakan ajang edukasi bagi para pemain sepak bola, manajemen klub, pelatih, praktisi hukum, jurnalis, pelajar dan pencinta sepak bola. Hal ini bertujuan untuk memberikan pemahaman hak-hak profesional dan berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk memajukan sepak bola. Sekaligus untuk mensejahterakan para pemain sepak bola profesional.

“Sudah waktunya para pemain sepak bola profesional di negeri ini lebih dihargai. Kami pun berharap ke depannya mereka lebih memahami aspek-aspek hukum terkait kontrak kerja dan lebih berhati-hati sebelum mengikatkan diri secara profesional dengan sebuah klub,” kata Valentino, saat dikonfirmasi Republika di Jakarta, Selasa (6/5).

Valentino mengatakan, berbagai upaya edukasi dan pendampingan telah dilakukan oleh APPI untuk mendorong terciptanya saling pengertian dan kerja sama yang baik dari berbagai pihak. Sejumlah diskusi bertema pengelolaan keuangan bagi klub dan pemain sepak bola profesional Indonesia.

Sementara itu, Bambang Pamungkas yang kini duduk sebagai Wakil Presiden APPI mengungkapkan kepada wartawan, bahwa selama ini sebagian besar pemain sepak bola profesional di Indonesia cenderung hanya melihat 'angka' dari kontrak. Mereka tidak sepenuhnya mengerti isi kontrak dan bahkan tidak menyimpan salinan kontrak yang telah ditandatangani.

“Berdasarkan pengalaman pribadi, saya tahu bagaimana sulitnya hak-hak dasar pemain dihormati. Beberapa tahun terakhir ini, saya melihat kegagalan dari sejumlah klub di Indonesia dalam memenuhi tanggung jawab keuangan sesuai kontrak dengan pemain. Oleh sebab itu, para pemain harus terus diberi edukasi agar mampu dan berani memastikan hak-haknya akan terpenuhi sesuai kesepakatan yang berkekuatan hukum,” ujar kapten timnas itu.

“Sampai saat ini belum ada keseragaman di dalam kontrak mengenai pilihan Badan Penyelesaian Sengketa apabila terjadi permasalahan di antara kedua belah pihak,” kata Presiden APPI, Ponaryo Astaman.

Dia menambahkan, masalah yang paling vital dari pemain sepak bola sebagian besar mengenai kontrak kerja. Dia menyebutkan, NDRC (National Dispute Resolution Chamber) sebagai rujukan penyelesaian sengketa tidak menjadi solusi. Padahal, sampai saat ini badan tersebut belum terbentuk di Indonesia. "Badan penyelesaian sengketa yang dinilai tidak representatif, yakni Pengda/Pengcab daerah setempat," ujar Ponaryo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement