Jumat 27 Jun 2014 07:51 WIB

FIFA: Pemain Muslim Bermain Sambil Berpuasa tak Masalah

Suasana menyambut Piala Dunia di Cibubur, Jakarta Timur, Senin (9/6).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Suasana menyambut Piala Dunia di Cibubur, Jakarta Timur, Senin (9/6).

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Babak penyisihan grup Piala Dunia 2014 di Brasil sudah selesai digelar dan ada hikmahnya bagi pemain Iran dan Bosnia-Herzegovina yang tidak lolos ke putaran 16 besar, karena bisa menjalankan ibadah puasa di kampung halaman.

Putaran kedua turnamen dunia itu akan dilaksanakan dalam bulan Ramadhan dan sebagian pemain Prancis, Jerman, Swiss, Belgia, Aljazair dan Nigeria ada yang beragama Islam, sehingga mereka menghadapi pilihan yang sulit antara menjalankan ibadah puasa atau bermain sepak bola.

Tapi, badan sepak bola dunia FIFA dengan tegas mengatakan mereka sudah melakukan kajian mendalam tentang atlet sepak bola yang bertanding selama bulan suci dan dipastikan mereka tidak akan mengalami gangguan atau bahaya apa pun dalam kondisi fisik mereka.

"Kami sudah melakukan kajian yang lengkap dan mendalam mengenai para pemain selama bulan Ramadhan. Kesimpulannya adalah jika puasa di bulan Ramadan diikuti dengan benar, tidak bakal ada penurunan pada kinerja fisik para pemain. Kami sudah melakukan penelitian mendalam dan tidak ada sesuatu pun yang mengkhawatirkan kami," kata Kepala Bidang Medis FIFA, Jiri Dvorak.

"Para pemain yang sedang menjalani ibadah puasa Ramadhan selalu memiliki ketentuan untuk meminta pengecualian dan menjalani Ramadhan pada waktu yang lebih tepat. Inilah yang saya pelajari dari para pemimpin agama Islam di Aljazair," ujarnya.

Ketua Komite Medis FIFA Michel D'Hooghe, mengatakan tidak ada masalah bagi pesepak bola yang bermain, namun tetap puasa. Piala Dunia 1986 Meksiko juga diadakan pada Ramadhan. "Puasa Ramadhan seharusnya tidak menjadi masalah dan kami mengalami hal yang sama pada Olimpiade London dua tahun lalu."

Permainan sepak bola amat menguras tenaga apalagi bermain pada iklim Brasil yang amat panas dan lembab. Pasalnya, cukup sulit bagi mereka untuk tetap bermain dalam keadaan puasa, mengingat sepak bola menguras tenaga yang maksimal.

Kondisi ini menyulitkan pemain sepak bola dengan diet yang dikontrol ketat, terutama dalam kondisi iklim Brasil yang panas dan lembab. Seperti dilaporkan Reuters dari Manaus, Brasil, Swiss mengalami penderitaan berat ketika maju ke putaran kedua kendati mengalahkan Honduras 3-0 pada laga akhir Grup E.

Pasalnya, kondisi amat dingin dan lembab, kata pelatih Ottmar Hitzfeld. Ketika itu, temperatur cuaca 26 derajat celsius dan tingkat kelembaban 88 persen.

Tentang iklim itu, Emma Gardner, ahli gizi di English Institute of Sport, mengomentari, para atlet berpuasa harus mempertahankan tingkat kebutuhan hidrasi setiap hari, dan kedua mencoba untuk mempertahankan tingkat atau level kebutuhan energi mereka.

"Massa otot juga merupakan masalah. Penelitian menunjukkan bahwa orang dapat kehilangan massa otot melalui periode di awal Ramadhan," kata Emma seperti disiarkan Reuters, Kamis (26/6).

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement