REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Qatar telah menghabiskan dana sekitar 2,4 miliar poundsterling atau sekitar Rp 48 triliun untuk membangun delapan stadion sebagai persiapan Piala Dunia delapan tahun mendatang. Jumlah sebesar itu berbanding terbalik dengan upah para pekerja di Al-Wakrah Stadium yang setiap orangnya hanya bergaji pokok bulanan sebesar tiga juta rupiah ditambah dengan upah lembur selama 64 jam pada bulan April kemarin.
Setiap pekerja yang lembur 64 jam, mendapatkan imbalan sebesar Rp 580 ribu. Atau jika dirata-ratakan mendapatkan sembilan ribu rupiah per jamnya. Jadi, setiap buruh selama sebulan ditambah dengan lembur selama 64 jam, total hanya mendapatkan upah sekitar Rp 3,6 juta. Sebuah angka yang sangat kecil untuk pembuatan stadion yang super mewah.
Sementara itu, badan tertinggi sepakbola dunia, FIFA mengatakan, pihaknya akan memantau perkembangan terkait perlakuan terhadap pekerja migran tersebut. Seorang juru bicara FIFA menegaskan telah berulang kali mendesak pemerintah Qatar untuk mengatasi kondisi yang menyudutkan para pekerja di negara mereka.
Tindakan FIFA untuk mengawasi komitmen Qatar dalam meningkatkan kesejahteraan para pekerjanya adalah sebagai tanggapan atas minimnya upah yang dibayarkan kepada pekerja di stadion Al Wakrah. Bahkan salah satu mantan menteri dari partai buruh di Inggris, Nick Raynsford mengatakan, hal tersebut sebagai sesuatu yang mengerikan dan mencemari nama sepakbola.
Raynsford meminta perusahaan-perusahaan Inggris yang beroperasi di Qatar, terutama perusahaan konstruksi, untuk memberikan contoh bagaimana seharusnya kesejahteraan pekerja dikelola secara bertanggung jawab.
"Mengingat jumlah uang yang dihabiskan untuk persiapan Piala Dunia Qatar sangat besar, benar-benar sesuatu yang menyedihkan bahwa tidak ada orang yang bertanggung jawab untuk eksploitasi kotor tenaga kerja termasuk upah yang teramat rendah," ujar Raynsford seperti dilansir the Guardian
Hal senada juga diungkapkan sekretaris pembangunan internasional, Jim Murphy, dan mantan menteri olahraga, Hugh Robertson yang sama-sama menyesali minimnya upah yang diterima para pekerja pembangunan stadion Piala Dunia Qatar