Oleh: Reja Irfa Widodo
Reporter Bola Republika Online
Selain bakat luar biasa yang dimiliki Diego Maradona, salah satu keberhasilan Argentina keluar sebagai tim terbaik di Piala Dunia 1986 adalah inovasi taktik yang dilakukan pelatih Albiceleste saat itu, Carlos Bilardo.
Legenda klub Argentina, Estudiantes, itu menciptakan trend baru dalam perkara taktik dan formasi, yaitu penerapan tiga bek dalam skema 3-5-2. Bilardo beralasan keberhasilan menguasai lini tengah merupakan faktor utama dalam menentukan sebuah kemenangan. Formasi 3-5-2 pun akhirnya cukup populer di dekade 80an.
Namun, seiring dengan perkembangan permainan sepak bola, skema itu justru ditinggalkan setelah dua dekade kemunculannya di panggung internasional.
Trend taktik di era 90an hingga memasuki milenium baru pun bergeser menjadi pola empat bek dengan mendasarkan variasi dari pola 4-4-2. Akhirnya, pola 4-3-3 dan 4-2-3-1 menjadi pola yang begitu populer dalam satu dekade terakhir.
Kendati begitu, ada trend kembali untuk menerapkan formasi 3-5-2 dan mengandalkan tiga bek tengah, terutama setelah kesuksesan Antonio Conte membawa Juventus meraih tiga titel Scudetto secara beruntun.
Tidak hanya itu, tren ini juga berlanjut di kancah internasional saat Conte melanjutkan ide tiga bek ini ke timnas Italia ketika ditunjuk sebagai pengganti Cesare Prandelli.
Tren ke tiga bek juga didukung dengan kesuksesan timnas Belanda, di bawah asuhan Louis Van Gaal, yang finish di tempat ketiga Piala Dunia 2014 dengan mengandalkan formasi tiga bek tengah.
Agaknya kesuksesan di Piala Dunia 2014 inilah yang menjadi dasar Van Gaal untuk mempertahankan pola ini kala membesut Manchester United. Sayangnya, seperti kata Bilardo, formasi 3-5-2 membutuhkan kualitas pemain yang merata di tiap lini dan memerlukan kualitas pemain kelas dunia.
Di titik inilah, skema 3-5-2 yang diterapkan Van Gaal di United mendapatkan banyak kendala. Pelatih asal Belanda itu menemukan skuat yang dimiliki United saat ini tidak seimbang.
Di satu sisi, mereka memiliki banyak penyerang dan gelandang serang. Namun, di sisi lain, tiga bek tengah yang dimiliki United bukanlah pemain kelas dunia.
Selain itu, Van Gaal juga sempat mengeluh soal tidak adanya winger dan gelandang kelas dunia di tim United.
''Skuat yang ada benar-benar tidak seimbang. Kami memiliki empat hingga lima pemain nomor sembilan dan 10, tapi kami tidak memiliki pemain bertahan yang bagus. Jadi, kami akan membutuhkan waktu yang panjang,'' tutur Van Gaal dikutip The Guardian.
Tantangan buat Van Gaal tidak berhenti sampai di situ. Eks pelatih Bayern Muenchen itu juga harus bisa mengubah pola pikir pemain United yang telah terbiasa bermain dengan pola empat bek.
Namun, Van Gaal tidak mau menyerah begitu saja. Menurutnya, dengan profil yang dimiliki United sekarang, naif rasanya jika tetap memaksakan memainkan pola empat bek.
''Saya sebenarnya adalah fans permainan 4-3-3 karena pressing dan penguasan ruang yang ditawarkan pola tersebut,'' kata Van Gaal. ''Tapi, untuk model pemain yang kami miliki di tim ini, rasanya saya harus mengganti sistem itu.''
Jika dibandingkan dengan Juventus yang sudah lebih dulu mencicipi sukses dengan skema tiga bek, United memang masih harus banyak berbenah.
Di lini belakang, MU tidak seperti Juventus yang memiliki trio Giorgio Chiellini, Leonardo Bonucci, dan Andrea Barzagli. United hanya memiliki trio Phil Jones, Chris Smailling, Jonny Evans, dan rekrutan baru Marcos Rojo.
Sementara di lini tengah, United juga tidak memiliki tim yang kompetitif. Saat Juventus ditangani Conte, eks pelatih Bari itu memiliki begitu banyak pilihan pemain dan model pemain di jantung permainan. Mulai pengatur serangan Andrea Pirlo hingga gelandang dengan daya jelajah tinggi seperti Claudio Marchisio, Arturo Vidal, dan gelandang muda Paul Pogba.
Gelandang-gelandang ini pun tidak hanya mampu menyuplai bola ke dua penyerang yang didepannya, tapi juga piawai mencetak gol. Belum lagi dengan pemain-pemain di sisi lapangan seperti Stephan Liechsteiner dan Kwadmo Asamoah, yang bisa berperan ganda, yang bisa dimanfaatkan saat membantu penyerang ataupun kala bertahan.
Sedangkan United hanya bisa berharap pada Ander Herrera, Darren Fletcher, Michael Carrick, Anderson, dan Juan Mata di jantung permainan. Sedangkan, winger-winger United seperti Antonio Valencia dan Ashley Young juga belum bisa membuktikan kualitasnya kala harus tampil bertahan. Kehadiran Angel Di Maria dan Daley Blind diharapkan bisa memberikan sokongan buat Robin Van Persie, Wayne Rooney, dan Radamel Falcao di lini tengah.
Mantan pelatih Liverpool, Graeme Souness, pun berkomentar soal keputusan Van Gaal dalam menerapkan formasi 3-5-2. Menurutnya, transisi yang dilakukan United akan memerlukan waktu lama dan proses yang menyakitkan.
Prediksi Sounes ini pun terbukti lewat serangkaian hasil yang diterima United. Wayne Rooney dan kawan-kawan hanya bisa memetik dua poin dari maksimal sembilan angka di tiga laga awal Liga Primer Inggris. Belum lagi dengan kegagalan di Piala Liga usai disingkirkan tim penghuni divisi ketiga, MK Dons.
''Jika Van Gaal memaksakan menerapkan tiga bek di skema permainan United, maka proses transisi itu akan berlangsung sangat panjang dan menyakitkan. Mungkin baru November nanti United bisa benar-benar menyesuaikan diri. Tapi, kamu tidak akan bisa menjuarai Liga Primer Inggris dengan waktu selama itu, bahkan kamu bakal kehilangan kesempatan bermain di Liga Champions musim mendatang,'' jelas Sounnes di Squawka.