Ahad 05 Oct 2014 12:53 WIB

Ketika Atlet Wanita Berjilbab Jadi Sorotan

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Erik Purnama Putra
Atlet Muslimah Iran.
Foto: Muslimvillage
Atlet Muslimah Iran.

REPUBLIKA.CO.ID, INCHEON -- Keterlibatan Muslimah berhijab dalam berbagai kegiatan olahraga internasional, termasuk di Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan, menjadi sorotan. Bukan karena mereka tak mampu, tapi karena peraturan yang dinilai absurd dan mundur.

Kedatangan 200 atlet Arab Saudi tanpa satu pun atlet wanita menyulut protes dan dinilai sebagai sebuah kemunduran oleh organisasi Human Rights Watch. Mereka menyebut Arab Saudi sebagai negara ultra-konservatif yang akhirnya menuturp pintu bagi partisipasi olahragawan wanita.

Komite Olympic Internasional (IOC) sudah meminta semua negara untuk mengikutsertakan atlet wanita dalam Olympiade London 2012 lalu. Arab Saudi menuai pujian dengan menyertakan dua atlet wanita di sana.

IOC sendiri jelas menyatakan partisipasi imbang 50-50 atlet wanita dan pria di berbagai ajang utama olaharaga internasional.

"Ke depannya semoga ada perubahan. Ini jalan panjang. Mungkin akan kita mulai di Jakarta," kata ketua Dewan Olymic Asia (OCA) Shekh Ahmad al-Fahad al-Sabah saat ditanya apakah OCA akan menekankan semua negara untuk membawa serta atlet wanita, demikian dikutip AFP, Sabtu (4/10).

Ibu Kota Indonesia, Jakarta, akan menjadi tuan rumah gelaran Asia Games ke-18 pada 2018 mendatang. Perubahan nampaknya akan terjadi perlahan di sana.

Tapi OCA akan menawarkan pandangan baru kepada Presiden IOC Thomas Bach dalam pertemuan IOC di Monaco tahun ini. "Setelah itu kami akan memutuskan bagaimana ke depan. Kami akan mengikuti kebijakan IOC, termasuk regulasi yang dihasilkan di Monaco," kata al-Sabah.

Kemajuan sudah dibuat beberapa negara Teluk dalam pelibatan atlet wanita. Qatar mengirim 55 atlet wanita dari total 260 atlet yang diutus. Qatar hanya mengirim dua atlet wanita dalam Olympiade London lalu.

Ketua Kontingen Qatar untuk Asia Games, Khalil al-Jaber mengatakan negara yang akan menggelar Piala Dunia 2022 mendatang itu berkomitmen untuk terus meningkatkan kesempatan atlet wanita untuk ikut di berbagai ajang olahraga.

Negara sekecil Maladewa bahkan menaruh perhatian khusus atas isu ini dengan mengharuskan partisipasi 33 persen wanita untuk ikut bertanding dalam anega gelaran olahraga internasional. Ada 50 atlet yang dikirim Maladewa dalam Asia Games Incheon.

Sekretaris Jenderal Komite Olympic Maladewa Ahmad Marzooq mengatakan mengatakan menghadapi cibiran atas sikap ini. Namun, perwakilan OCA mengkonfirmasi negara di Samudera Hindia itu cukup menggentarkan negara Muslim lain dengan keberanian melibatkan banyak atlet wanita.

Sementara Arab Saudi nihil atlet wanita dan Iran hanya menyertakan 20 persen wanita di skuat mereka. Atlet Iran Leyla Rejabi mencatatkan sejarah saat menjadi pemenang ke dua di cabang atletik putri. Ia menjadi wanita dari negara republik Islam pertama yang menorehkan prestasi itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement