Jumat 17 Oct 2014 05:00 WIB

Aksi Bogdanov dan Kericuhan di Serbia

Rep: C84/ Red: Julkifli Marbun
Penyerang timnas Albania, Bekim Balaj yang mencetak gol ke gawang Portugal.
Foto: Reuters
Penyerang timnas Albania, Bekim Balaj yang mencetak gol ke gawang Portugal.

REPUBLIKA.CO.ID, BELGRADE -- Kerusuhan yang terjadi pada laga antara Serbia kontra Albania menambah catatan kelam pertandingan sepakbola.

Pertandingan babak kualifikasi Piala Eropa 2016 Grup I, yang dihelat di Stadion Partizan Belgrade, Rabu (15/10) itu berakhir ricuh setelah hadirnya sebuah bendera Greater Albania yang dipasang dalam drone dengan remote control terbang di atas lapangan.

Bendera dengan muatan politis yang sangat kental itu memancing emosi baik dari pemain hingga pendukung.

Seperti diketahui hubungan kedua negara itu sendiri dikenal kurang akur mengingat sejarah di masa lalu yang terlibat perang di wilayah Balkan terkait wilayah Kosovo.

Namun, ada pemandangan menarik dibalik kericuhan laga tersebut yakni hadirnya sosok Ivan Bogdanov di tengah-tengah kerusuhan tersebut.

Nama Bogdanov tentu tak asing bagi pendukung sepakbola di seluruh dunia terutama publik Italia.

Bogdanov merupakan salah satu ultras Serbia yang paling terkenal setelah aksinya menjebol kawat pembatas tribun dan menyalakan flare saat laga antara Italia kontra Sebia di Kualifikasi Eropa Oktober 2010 lalu di Stadion Comunale Luigi Ferraris, Genoa.

Kehadiran pria yang memiliki tato bergambar lambang klub Red Star Belgrade itu tak pelak mengejutkan sejumlah pihak.

Menurut the Guardian kehadiran Bogdanov yang berada di tengah insiden tersebut teramat mengejutkan. The Guardian mempertanyakan sikap Federasi Sepakbola Serbia yang memperbolehkan Bogdanov untuk hadir di Stadion.

Di kebanyaka negara Eropa, hukuman untuk tindakan yang telah dilakukan Bogdanov sangat berat hingga terkadang tidak boleh masuk ke stadion seumur hidup. 

Bogdanov sendiri sempat mendekam selama beberapa bulan di penjara Italia sebelum dipindahkan ke penjara di Serbia. Dua setengah tahun setelah aksinya di Italia, Bogdanov kembali mengirup udara segar.

Dengan sejumlah catatan kriminal serta aksinya saat di Italia, menurut the Guardian Bogdanov seharusnya sudah tidak dapat menginjakan kakinya kembali di Stadion manapun.

Namun, aturan tersebut tampaknya tak berlaku di Serbia, bahkan hanya sebulan setelah bebas dari penjara Bogdanov kembali memimpin pendukung Red Star Belgrade saat melakoni the Eternal Derby melawan musuh bebuyutannya Partizan Belgrade.

Aksinya tak berhenti disitu, pada saat Red Star Belgrade bertandang ke klub Ukraina, Chornomorets Odessa di kualifikasi Liga Europa, dirinya kembali berulah.

"Bagaimana bisa dia sampai ke Ukraina?" Adalah komentar yang paling populer di salah satu situs top Serbia.

Meski dianggap sebagai biang kerusuhan, nama Bogdanov mendapat respek yang cukup besar dari kalangan Ultras diseluruh dunia yang menyanjung keberanian, totalitas, dan loyalitasnya dalam membela klub kebanggaannya dimana pun berada.

Suka atau tidak suka, baik atau buruk, nama Bogdanov akan tercatat dalam sejarah persepakbolaan Serbia terutama di kalangan suporter Serbia itu sendiri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement