REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sepak bola gajah mewarnai kompetisi sepak bola Indonesia. Itu setelah terjadi lima gol bunuh diri di pertandingan yang dimenangkan PSIS Semarang atas PSS Sleman dengan skor 3-2. Kedua klub diduga mengalah lantaran takut bertemu Pusamania Borneo FC di babak semifinal Divisi Utama.
Borneo FC sendiri diindikasi menjadi salah satu klub yang selalu dianak emaskan oleh wasit. Terbukti dari 28 laga, Borneo FC sudah mendapatkan hadiah penalti dari sang pengadil sebanyak 26 kali. Selain oknum Borneo pernah melakukan intimidasi kepada tim lawan, saat melawat ke Kalimantan, yang berujung kemenangan Walk Over (WO) untuk Borneo FC.
Direktur PSS Sleman Suparjino membantah jika timnya takut bertemu Borneo FC. Terkait dugaan Borneo FC yang diduga selalu diuntungkan wasit, Suparjino lebih memilih tidak berkomentar lebih jauh. Dia hanya menyatakan, masyarakat cerdas dalam menilai wasit.
Dengan alasaan itu, ia menyerahkan kepada penilaian masyarakat terkait dugaan tersebut. “Kita tidak mau komentari itu lagi, sekarang saya duduk manis saja,” ujar Suparjino saat dihubungi Republika, Sabtu (1/11).
Sementara itu, pelatih PSCS Cilacap mengakui wasit pernah menguntungkan Borneo FC dalam sebuah pertandingan. Seperti saat Laskar Nusakambangan melawat ke Borneo, Kalimantan. Meski menguasai jalannya pertandingan, tuan rumah selalu mendapat free kick ketika para pemain PSCS mulai masuk ke sepertiga wilayah pertahanan lawan.
Ketidakadilan wasit, kata Gatot, tidak hanya terjadi kompetisi level dua saja. Melainkan semua wasit di kompetisi Liga Indonesia, tak terkecuali Liga Super Indonesia (LSI) cenderung berat sebalah, terutama pada tuan rumah. Contohnya, saat laga Semen Padang versus Arema, Gatot mengaggap wasit tidak sportif.
“Wasit di liga Indonesia sering berat sebelah pada tuan rumah. Mungkin banyak faktor yang membuat sang pengadil kotor. Seperti pressure dari banyaknya penonton tuan rumah atau ada faktor lain. Ini menjadi pekerjaan rumah PT Liga Indonesia, untuk memperbaiki kinerja wasit, musim depan,” harap Gatot.