Selasa 18 Nov 2014 10:10 WIB

'Whistle Blower' Suap Piala Dunia 2018 dan 2022 Merasa Dikhianati (2-habis)

Rep: Muhammad Iqbal/ Red: Israr Itah
Pemain Jerman merayakan dengan trofi Piala Dunia setelah Piala Dunia FIFA 2014 final antara Jerman dan Argentina di Estadio do Maracana di Rio de Janeiro, Brasil, Minggu (13/7). (EPA/Marcus Brandt).
Foto: EPA/Marcus Brandt
Pemain Jerman merayakan dengan trofi Piala Dunia setelah Piala Dunia FIFA 2014 final antara Jerman dan Argentina di Estadio do Maracana di Rio de Janeiro, Brasil, Minggu (13/7). (EPA/Marcus Brandt).

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA--Whistle blower pengungkap dugaan suap penunjukan tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022 melaporkan pelanggaran yang dilakukan hakim Komite Etik FIFA Hans-Joachim Eckert. Mantan karyawan untuk tim bidding Qatar, Phaedra Almajid mengungkapkan kepada AP bahwa ia telah menulis surat pengaduan kepada pengacara yang ditunjuk FIFA mengepalai tim investigasi, Michael Garcia.

“Meskipun nama kami tidak ada dalam laporan, kami dengan jelas dapat diidentifikasi dalam hitungan jam setelah publikasi (kesimpulan Komite Etik FIFA) sebagai ‘whistle-blowers’ di media Jerman, Inggris, dan Australia,” kata Almajid yang mengirimkan surat elektroniknya bersama Bonita Mersiades, anggota tim bidding Australia untuk Piala Dunia 2022.

Sosok Almajid dengan mudah dapat diketahui pada pembahasan perihal proses bidding Qatar yang berjudul "Role and Relevance of a Whistleblower”.  Hal ini didasarkan pada pernyataan publik yang dilontarkan perempuan itu pada Juli 2011.

Ketika itu, Almajid dipaksa untuk menarik klaim dugaan korupsi.  Akan tetapi, Almajid kemudian mengatakan bahwa dia dipaksa untuk melakukannya oleh tim bidding Qatar.  Tuduhan paling serius yang disampaikan Almajid diungkapkan Komite Parlemen Inggris Mei 2011.  Dikatakan, anggota FIFA asal Afrika dibayar 1,5 juta dolar AS untuk memilih Qatar.  

Ia juga mengungkapkan kepada Garcia perihal dana sponsorship Qatar senilai 1,8 juta dolar AS kepada pertemuan sepakbola Afrika di Angola 2010. Garcia menuliskan ini dalam laporan investigasinya. Namun Eckerts menuliskan kesimpulan menyakitkan, "Sang whistleblower telah mengubah bukti untuk mendukung tuduhannya".  

Almajid menyesalkan hal ini karena kesaksiannya telah membahayakan kepentingan pribadi serta dua buah hatinya. "Saya mengambil risiko pribadi untuk membela kebenaran dalam situasi dengan tensi tinggi dari atmosfer politik," ujar Almajid.  

"Bagaimana pun, saya menemukan diri saya dikhianati dan direndahkan karena berani untuk maju dengan memberikan informasi yang kritis," kata Almajid dalam surat kepada Garcia.  

Eckert dan Garcia dijadwalkan bersua pekan ini untuk mencari titik temu dari persoalan mereka.  Keduanya juga harus bekerja sama dalam proses penuntutan yang tengah berjalan di lingkungan FIFA.  Federasi Sepakbola Inggris (FA), yang ikut dalam proses pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2018, mengkritisi laporan Eckert.  

Inggris meminta agar laporan Garcia diterbitkan secara penuh.  Chairman FA Greg Dyke menulis surat kepada Presiden FIFA Sepp Blatter beserta anggota komite Eksekutif FIFA bahwa kurang terbukanya pengungkapan laporan investigasi kepada publik, telah menghadirkan penurunan kepercayaan terhadap FIFA.  Kondisi seperti ini tidak bisa terus dipertahankan.

"Transparansi penuh dibutuhkan jika tindakan semua pihak yang melakukan bidding, termasuk Inggris 2018, dinilai dengan fair," ujar Dyke.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement