REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Hubungan diplomatik antara Irak, Amerika Serikat (AS) dan Iran, ibarat cinta segitiga tak beraturan. AS akrab dengan Irak, sedangkan relasi Iran-AS, sebaliknya. Hubungan Irak dan Iran, meski kini sedang dalam temperatur hangat, suatu saat bisa kembali naik ataupun turun laksana suhu di permukaan bumi.
Namun, ketiga negara di atas memiliki kesamaan jika berhadapan dengan Kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). ISIS merupakan musuh bersama. Dilansir BBC, awal Desember 2014, juru bicara Pentagon Laksamana John Kirby membenarkan bahwa Iran telah melakukan serangan udara terhadap basis militan ISIS di Irak.
Uniknya, John menyebut serangan Iran dilakukan tanpa berkoordinasi dengan AS. Sebuah bukti konkret keterkaitan ketiga negara dalam isu ISIS. Meski dalam sebuah kesempatan, negeri Paman Sam menyebut Iran tidak layak bergabung dengan koalisi pimpinan AS.
Terlepas dari hubungan segitiga Irak, AS dan Iran, perjumpaan antara perwakilan Irak dan Iran akan terjadi di Australia. Bukan untuk membahas ISIS maupun hubungan bilateral. Kedua negara akan berhadapan pada fase perempat final turnamen sepak bola Piala Asia 2015 di Canberra Stadium, Jumat (23/1).
Semua pihak, terutama penggemar bal-balan, sepakat masalah politik dan keamanan kudu ditepikan sejauh mungkin dari lapangan sepak bola. Oleh karena itu, marilah bersiap menikmati pertempuran antara ksatria-ksatria gagah berani Irak dan Iran di atas hijaunya rumput lapangan Canberra Stadium. Adu taktik, strategi dan juga gengsi, menjadi aspek penentu.
Sekadar catatan, laga nanti merupakan pertemuan antara dua bekas jawara kompetisi tertinggi antarnegara Asia. Iran baru sekali menjadi juara yaitu edisi 2007. Sedangkan Iran memenanginya dalam tiga edisi yaitu 1968, 1972 dan 1976.
Lions of Mesopotamia, julukan Irak, melangkah ke delapan besar seusai menjadi runner up grup D. Sementara Team Melli, julukan Iran, menembus perempat final sebagai ganjaran atas kesuksesan meraih juara Grup C.
Dalam keterangan pers jelang laga, pelatih Irak Radhi Shenaishill meyakini, Irak dan Iran, akan meminta para pemain melupakan sisi emosi perihal hubungan kedua negara. "Para pemain tentu diminta memainkan pertandingan yang berkualitas," kata Radhi dilansir laman resmi AFC, Kamis (22/1).
Radhi menambahkan sejarah Irak dan Iran pun memiliki kesamaan dari sisi gaya bermain sepak bola. "Saya bermain pada 1993 ketika kami mengalahkan Iran 2-1. Mereka adalah tim yang sangat bagus, terutama pada awal 1970an ketika mereka berada di level tinggi," kata Radhi.
Namun demikian, pelatih 48 tahun itu menyadari, pertarungan terkini kedua negara, tentu memiliki nuansa berbeda. Untuk itu, Radhi mengimbau para pemain untuk mengeluarkan kemampuan terbaik demi meraih hasil positif. "Kami ingin memberikan kesan yang baik. Jika negara kami melaju, tentu akan menghadirkan kegembiraan," kata Radhi.