REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Abdullah Sammy (Wartawan Republika)
Twitter: @sammy_republika
Kata pujangga, batas cinta dan benci itu teramat tipis. Istilah ini berlaku bagi fan Juventus dan Massimiliano Allegri.
Awalnya, fan si Nyonya Tua begitu membenci Allegri. Saat manajemen Juventus memutuskan menunjuk Massimiliano Allegri menggantikan Antonio Conte pada Juli 2014, sontak seluruh pendukung Bianconeri memprotesnya.
Protes berkembang luas di Twitter. Bahkan, fan sampai mengancam akan mengembalikan tiket terusan Juventus musim ini jika manajemen tetap menunjuk Allegri sebagai pelatih.
Dicaci dan diremehkan tak membuat Allegri patah arang. Dia tetap percaya diri memimpin pasukan Juventus menghadapi musim 2014/2015. Tapi, debut Allegri sebagai pelatih si Nyonya Tua berlangsung kurang lancar.
Di laga uji coba, Juventus ditahan imbang tanpa gol oleh tim lemah Cesena. Di tengah kritik dan hujatan, Allegri memilih tak banyak bicara.
Saat membawa Juventus melakoni laga uji coba di Jakarta, Allegri sempat angkat suara merespons penolakan fan Juventus kepadanya. "Saya akan menjawab semua protes itu dengan hasil baik di lapangan," kata Allegri tenang dalam konferensi pers yang turut dihadiri Republika, Agustus lalu.
Yang menarik, perputaran nasib Allegri pun terjadi di stadion Gelora Bung Karno (GBK) Senayan saat laga Juventus menghadapi ISL All Star, Agustus 2014.
Sebelum laga dimulai, pembawa acara di stadion Gelora Bung Karno sempat membacakan nama-nama pemain Juventus. Giliran nama Allegri dibacakan, sontak fan Juventus yang memadati GBK berteriak, "Huuu...."
Namun, cercaan kebencian itu berubah menjadi pujian saat 90 menit laga persahabatan itu berakhir. Sebab, Juventus mencatatkan kemenangan meyakinkan 8-1 atas tim terbaik di Liga Indonesia itu.
Itulah kemenangan perdana Allegri bersama Juventus. Dan, sejak kemenangan di GBK itu, performa Juventus era Allegri tak tertahan. Pelatih bertubuh jangkung itu terus membawa Juventus merajai Seri A. Terakhir, tim yang pernah membuang Allegri, AC Milan, dipermak Juventus 1-3 di Juventus Stadium, pekan lalu.
Hebatnya, hanya dalam enam bulan Allegri mampu melewati prestasi Antonio Conte yang selama ini selalu dipuja pendukung si Nyonya Tua. Prestasi Conte yang dilewati itu adalah keberhasilan membawa Juventus ke 16 besar Liga Champions. Padahal, di musim terakhirnya menangani Juventus, Conte gagal di penyisihan grup.
Walhasil, apa yang dikatakan Allegri pun terbukti. Perlahan tapi pasti dia mampu merebut hati Juventini.
Pada Selasa (10/2) ini harian olahraga terbesar di Kota Turin, Tutto Sport, mengangkat laporan khusus tentang Allegri. Dalam laporannya, Allegri bahkan disebut sebagai Sang Fenomena. "Allegri, Sang Fenomena. Dia telah memenangkan hati Juventini. Dia kini menuju pada kesempurnaan," tulis Tutto Sport.
Apa yang diangkat Tutto Sport memang didukung sejumlah fakta. Fakta utama adalah Juventus tetap merajai kelasemen Liga Italia Seri A dengan keunggulan tujuh poin atas AS Roma.
Fakta lain adalah Allegri berpotensi mewujudkan treble winners bersama Juventus. Selain masih berpartisipasi di 16 besar Liga Champions, Juventus pun dibawa Allegri lolos ke semifinal Coppa Italia.
Dengan deretan prestasi itu, kini Allegri tak lagi penen cercaan. Sebaliknya, ketika nama Allegri berkumandang di Juventus Stadium, para fan pun kompak mendendangkan nyanyian sebagai wujud pujian.
Sekalipun panen sanjung puji, Allegri tidak mau lupa diri. Pria kelahiran Livorno 47 tahun lalu itu sadar, dirinya belum pantas dipuja karena belum ada satupun gelar di tangannya.
Allegri pun sadar pujian padanya bisa kembali berganti menjadi cacian jika dirinya gagal mengantarkan Juventus meraih prestasi di akhir musim. Walhasil, ada baiknya bagi fan Juventus meresapi perkataan Sayidina Ali Bin Abi Talib RA, "Jangan terlalu membenci seseorang karena bisa jadi besok kamu mencintainya. Dan, jangan terlalu mencintai seseorang karena bisa jadi esok kamu membencinya."