REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Pemerintah Kota Depok "cuek bebek" alias nggak peduli dengan telah dijualnya klub sepak bola Persikad Depok ke beberapa orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kota Purwakarta yang dikenal 'gila bola'.
''Tidak apa dijual. Itu biasa saja dan wajar. Tidak ada hubungannya dengan Pemkot Depok. Karena klub sepak bola Persikad Depok memang lembaga profesi dan bukan milik Pemkot Depok,'' kata Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Kadispora) Kota Depok, Mulyamto di Balaikota Depok, Rabu (11/2).
Menurut Mulyamto, peran Pemkot Depok dengan klub sepak bola kebanggaan masyarakat Depok yang berjuluk Serigala Margonda selama ini hanyalah memfasilitasi. Bentuknya berupa bantuan pembinaan atau dukungan seperlunya saja. ''Persikad Depok itu berada di bawah naungan PSSI atau lembaga profesi, bukan di bawah naungan Pemkot Depok. Kalau memang penjualannya boleh, ya gak apa-apa,'' tutur Mulyamto.
Dia kemudian mencontohkan beberapa klub sepak bola lain yang dulunya di salah satu kota lalu pindah ke kota lain. Misalnya Sriwijaya yang dulu di Solo lalu dibeli dan pindah ke Palembang. ''Itu juga terjadi tanpa polemik dan tak apa-apa,'' tegas Mulyamto.
Karena itu, lanjut Mulyamto, Pemkot Depok tidak akan melakukan upaya penyelamatan atau apapun terhadap Persikad Depok. ''Kalau memang bisa lebih baik dijual ke Purwakarta, ya justru bagus. Tak ada keharusan Pemkot Depok melakukan penyelamatan atau apapun,'' terangnya.
Krisis anggaran yang melanda Persikad Depok menjadi alasan klub Persikad Depok berpindah kepemilikannya ke Purwakarta. Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi membenarkan jika Persikad kini berada di daerahnya. Namun, menurutnya, Persikad Depok tidak dibeli pemerintah Purwakarta. Melainkan oleh pihak swasta.
''Ya benar, bentuknya kerjasama yang akan dilakukan selama tiga tahun ke depan. Sementara base camp-nya di Purwakarta. Pemainnya campur, ada dari Puwakarta enam orang. Kerjasama ini terjalin karena alasannya enggak ada biaya,'' ujar Dedi saat ditemui usai mengisi acara di Universitas Indonesia (UI) Depok.
Persikad Depok merupakan salah satu tim yang berlaga di pentas Divisi Utama Liga Indonesia. Tim yang sebelumnya bermarkas di Stadion Merpati tersebut sempat mengalami krisis finansial cukup parah pada 2009 dan mengakibatkan manajemen berutang gaji kepada para pemainnya selama 11 bulan. Namun, seorang pengusaha bernama Edy Djoekardi menyelamatkan tim sepakbola kebanggaan masyarakat Depok itu dengan membeli mayoritas (55 persen) saham PT Persikad Depok.
Sedangkan sebagian lagi tetap menjadi milik Pemda Depok. Edy sempat berniat menginvestasikan miliaran rupiah untuk membangun Persikad. Namun sayang, hal itu batal terwujud.
Belakangan, masalah manajerial semakin membelit Persikad Depok jelang bergulirnya kompetisi musim ini. Pemkot Depok juga tidak melakukan perannya dalam menyelamatkan Persikad Depok. ''Mereka datang, menawarkan diri. Kan sayang kalau hilang dari Divisi Utama. Klub tersebut kini digabung menjadi Persikad-Purwakarta. Yang jelas kami fasilitasi lapangan, manajer operasional. Dibantu beberapa pihak swasta,'' jelas Dedi.