REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Sheikh Salman bin Ebrahim Al Khalifa dari Bahrain berpeluang besar mempertahankan posisinya sebagai ketua sepak bola Asia untuk empat tahun mendatang. Setelah tidak seorang pun menantangnya pada pemilihan presiden Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) bulan depan.
Bersamaan dengan kepresidenan AFC, Sheikh Salman juga akan mengamankan dirinya sendiri sebagai wakil presiden badan sepak bola dunia FIFA, menggantikan Pangeran Ali bin Al Hussein, yang berniat menantang Sepp Blatter untuk posisi presiden FIFA.
Sheikh Salman terpilih sebagai presiden AFC dua tahun silam, menggantikan Mohamed Bin Hammam, yang diskors seumur hidup oleh badan sepak bola dunia pada 2011 di tengah tudingan bahwa dirinya berupaya membeli suara.
Pemilihan presiden AFC berikutnya akan berlangsung di Bahrain pada 30 April, namun Sheikh Salman telah siap untuk mengamankan posisi teratas setelah ia menjadi satu-satunya kandidat ketika AFC mengumumkan nominasi final mereka pada Rabu (4/3).
Pertarungan lain yang lebih menarik adalah untuk posisi tiga komite eksekutif AFC di FIFA. Terdapat tujuh kandidat, termasuk dua pejabat petahana, Morawi Makudi asal Thailand, dan Zhang Jilong asal Cina.
Calon lain adalah Saud Al Mohannadi, yang merupakan wakil presiden Asosiasi Sepak Bola Qatar, yang berupaya untuk terpilih sebagai anggota komite eksekutif FIFA menjelang negaranya menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.
Qatar telah mendapat banyak kritik sejak mendapat hak menjadi tuan rumah Piala Dunia untuk pertama kalinya pada 2010 dan mendapat suara untuk berada di susunan pengurus FIFA yang dapat membantu membungkam kritik yang ada.
Sheikh Ahmad Al Fahad, salah satu sosok paling berpengaruh di dunia olahraga, juga bersaing di sana.
Kuwait merupakan kepala Dewan Olimpiade Asia dan Komite Asosiasi Nasional Olimpiade, namun mereka tidak memiliki peran formal di AFC atau FIFA.
Jika sukses, Sheikh Ahmad, yang merupakan pendukung kuat Blatter dan presiden Komite Olimpiade Internasional Thomas Bach, akan menjadi penghubung penting antara kedua organisasi itu, di mana Blatter akan kehilangan posisinya IOC pada 2016 ketika ia berusia 80 tahun.