REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Pelatih Martapura FC Frans S Hawae mengatakan kekisruhan yang terjadi dalam penetapan kick off kompetisi Indonesia Super League (ISL) sepatutnya tidak berimbas pada klub Divisi Utama.
"Yang bermasalah ini LSI, bukan Divisi Utama. Masak mau membunuh tikus justru satu rumah dibakar," kata Frans di sela-sela pertandingan turnamen pramusim Piala Gubernur Sumatera Selatan di Palembang, Sabtu (21/3) malam.
Ia mengatakan, kompetisi Divisi Utama sejauh ini tidak ada persoalan seperti yang terjadi di klub Liga Super Indonesia. Apalagi, peraturan baru yang mengharuskan minus pemain asing membuat permasalahan terkait kontrak kerja dengan pemain asing menjadi tidak ada.
"Saya berharap, kompetisi Divisi Utama jangan dikacaukan. Mulai digelar saja, saat ini klub sudah kesulitan, apalagi aturan pemain asing sudah diterapkan, mau dari mana lagi klub dapat uang," kata Frans.
Senada, Pelatih PSPS Pekan Baru Philep Hansen Maramic mengharapkan PSSI bisa mengharapkan berbagai pihak terkait dapat memahami kesulitan klub terutama dari sisi finansial.
"Jadwal tidak pasti membuat pengeluaran klub menjadi membengkak. Untung, klub kami masih bagus finansialnya sejauh ini jadi bisa ikut turnamen terbuka seperti Piala Gubernur Sumsel ini," ujar dia.
Tak hanya dari finansial, tim pelatih juga kesulitan untuk menjaga psikologis pemain karena jadwal kompetisi yang tidak pasti membuat menurunkan semangat.
"Paling sulit adalah memompa semangat pemain. Jika berlatih-berlatih terus tanpa tahu kapan bertandingnya seperti ini, jelas sangat menyulitkan," kata dia.
Kementerian Pemuda dan Olahraga memutuskan menunda kick off ISL dari 20 Februari menjadi 4 April 2015 berdasarkan rekomendasi Badan Olahraga Profesional Indonesia yang menyatakan sejumlah klub belum menyertakan dokumen wajib. Sementara ini, BOPI menyatakan hanya empat klub yang masuk kategori A (kelengkapan dokumen di atas 75 persen) dari 18 kontenstan ISL 2015.