Senin 13 Apr 2015 19:02 WIB
Kisruh PSSI

'Sanksi FIFA Adalah Saat Yang Tepat Untuk Revolusi PSSI'

Rep: Ali Mansur/ Red: M Akbar
Aktivis Save Our Soccer (SOS) Apung Widadi (kiri).
Foto: Antara
Aktivis Save Our Soccer (SOS) Apung Widadi (kiri).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktivis Save Our Soccer (SOS), Apung Widadi, menilai ancaman FIFA yang dilayangkan kepada Kementrian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) adalah sebuah kesempatan emas untuk merevolusi PSSI secara total. Jika PSSI tidak bisa menggelar Kongres Luar Biasa (KLB) pada  pekan depan di Surabaya, ia mengatakan, barulah pemerintah dapat mengambilalih persepakbolaan Indonesia untuk dibenahi.

"Lagi pula, klub peserta ISL (Indonesia Super League) masih belum pantas dikatakan sebagai klub profesional. Salah satu buktinya adalah masih banyaknya gaji pemain yang belum dilunasi oleh manajemen klub. Menpora juga harus mempersiapkan rencana jika Indonesia benar-benar di jatuhi sanksi oleh FIFA," kata Apung di Jakarta, Senin (13/4).

Namun demikian Apung sedikit kecewa dengan sikap Menpora, Imam Nahrawi yang sudah semakin lemah dalam menghadapi PSSI. Padahal sebelumnya, kata dia, politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu begitu lantang menyuarakan ketidakpercayaan masyarakat Indonesia kepada PSSI. Bahkan Imam, telah menerima petisi ketidakpercayaan masyarakat dari ribuan suporter di acara Mata nazwa.

"Sekarang pak Imam gak punya ketegasan.Saya yakin dia takut pada PSSI dan FIFA, dan berlindung dibalik tempurung. Tapi saya masih berharap PSSI tetap konsisten dengan keputusannya. Banyak negara yang pernah dihukum FIFA kini lebih sukses dari kita," tutupnya.

Apung mengatakan selama ini PSSI selalu mencari perlindungan kepada FIFA. Sehingga upaya perbaikan di dalam tubuh PSSI sangat sulit dilakukan. ''Mereka selalu melarang pemerintah ikut campur, dengan berdalih Statuta FIFA melarang pihak ketiga mengintervensi PSSI.''

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement