Senin 18 May 2015 13:16 WIB

Sarkozy Kutuk Wali Kota yang Ingin Singkirkan Islam dari Prancis

Rep: C08/ Red: Israr Itah
Mantan presiden Prancis, Nicolas Sarkozy
Foto: Benoit Tessier/Pool/AP
Mantan presiden Prancis, Nicolas Sarkozy

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS- Mantan presiden Prancis Nicolas Sarkozy mengutuk ide Robert Chardon, wali kota Vanelles--kota kecil di selatan Prancis--yang ingin umat Islam meninggalkan Prancis dan pulang ke negara asal mereka. Menurut Sarkozy, argumen yang dilontarkan Chardon melalui sebuah diskusi dalam sosial media sangat tidak masuk akal.

Ia menegaskan ide itu tidak mencerminkan nilai-nilai toleransi dan menjunjung tinggi keberagaman di Prancis. 

"Menurut saya ide ini tidak masuk akal. Ini juga tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dianut oleh partai kami," kata Sarkozy dikutip dari Muslimnews, Senin (18/5).

Sarkozy yang merupakan pimpinan Partai Konservatif Perancis (Partai UMP) menegaskan bahwa mereka akan berupaya mempertahankan Prancis dari nilai-nilai sekuler. Pihaknya akan berupaya membendung upaya politik dari Chardon yang ingin mengubah Prancis dari negara republik yang kental menjadi Kristen.

“Prancis adalah negara yang sekuler. Kita semua memiliki hak dan kewajiban bersama-sama untuk tinggal di sini,” ujar Sarkozy.

Sebelumnya publik di Perancis dihebohkan dengan komentar yang dikeluarkan oleh Chardon tentang keinginannya agar umat Islam di Prancis diantarkan ke perbatasan agar semuanya kembali ke negara-negara Islam tempat mereka berasal. Melalui akun Twitter-nya, Chardon mengungkapkan bahwa pada tahun 2027 nanti, Muslim Perancis akan musnah dari negaranya. 

Kritik terhadap ide Chardon juga dilontarkan oleh pendiri Partai Republik Perancis (PIR) Mehdi Meftah. Mehdi justru berkeyakinan Muslim Perancis akan semakin berkembang dan terbuka ke hadapan publik.

Pihaknya kata Mehdi akan mengupayakan di parlemen agar penduduk Muslim di Perancis tetap memperoleh hak-haknya sebagai warga serta menjalankan syariat agama secara utuh. 

“Kamis di sini untuk selamanya, tidak akan mengubah realitas keberadaan Islam di negara ini,” ujar Mehdi menegaskan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement