REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa hari lalu, sembilan orang pejabat eksekutif FIFA ditahan kepolisian Swiss yang mewakili departemen hukum Amerika Serikat. Mereka ditahan dengan berbagai tuntuan kasus korupsi yang terjadi di federasi sepak bola dunia tersebut.
Penahanan para pejabat eksekutif ini menunjukkan bahwa budaya korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan telah mendarah-daging di dalam FIFA. Pada saat bersamaan, PSSI sedang dibekukan sementara oan perannya digantikan Tim Transisi bentukan Kemenpora.
"Tim transisi dibentuk pemerintah untuk melakukan reformasi terhadap penyelenggaraan kompetisi sepak bola di Tanah Air," kata salah satu anggota Tim Transisi Diaz Hendropriyono kepada wartawan, Ahad (31/5).
Dia menyatakan, pembekuan sementara terhadap PSSI tersebut dilakukan atas dasar sangkaan beberapa kasus korupsi dan dugaan kesalahan penyelenggaraan serta manajemen kompetisi sepak bola nasional. Pembekuan yang dilakukan Kemenpora, kata dia, berujung pada pemberian sanksi PSSI oleh FIFA.
"Meskipun kebijakan pembekuan PSSI oleh Kemenpora telah melahirkan berbagai kontroversi, saya yakin inilah saat yang paling tepat untuk melakukan reformasi penyelenggaraan kompetisi sepak bola nasional," katanya.
Menurut dia, terdapat beberapa alasan mengapa proses transisi adalah sebuah kejahatan yang diperlukan (necessary evil). Pada tingkatan personal, seperti kebanyakan rakyat Indonesia pada umumnya, sepak bola memiliki tempat tersendiri dalam kehidupan setiap orang. Dia menyebut, kondisi timnas Indonesia saat ini sangat menyedihkan.
"Peringkat Indonesia di FIFA, saat ini berada pada urutan 159 dan timnas Indonesia belum pernah lagi memenangkan turnamen apapun semenjak SEA Games 1991. Timnas Indonesia pun ikut serta dalam Piala Dunia, pada tahun 1938. Meski kalah pada putaran pertama, hal tersebut merupakan prestasi terjauh Indonesia dalam Piala Dunia," kata Diaz.
Tetapi itu terjadi sebelum kita merdeka, pada masa ketika nama 'Indonesia' belum lahir dan timnas masih mewakili Hindia Belanda. Selain itu, hasil terbaik timnas Indonesia pada tingkatan internasional terjadi ketika kita dapat menahan Uni Soviet 0-0 pada Olimpiade 1956, yang merupakan satu-satunya penampilan Indonesia pada turnamen sepak bola di turnamen empat tahunan itu.
Dia melanjutkan, pada tingkatan profesional, meski beberapa pihak menganggap pembentukkan Tim Transisi merupakan sebuah bentuk intervensi politik terhadap PSSI, kebijakan yang diambil Menpora Imam Nahrawi tidak seharusnya dilihat dari perspektif itu.
Walaupun Menpora adalah sebuah jabatan politik, namun kebijakan tersebut sesungguhnya diambil berdasarkan pada hasrat murni untuk melakukan reformasi dan membangkitkan kembali sepak bola Indonesia. "Usaha untuk melakukan reformasi ini telah juga mendapat dukungan dari Presiden Joko Widodo. Bentuk dukungan ini sesungguhnya sangatlah berarti."