Kamis 04 Jun 2015 10:38 WIB
Skandal FIFA

FBI Terus Selidiki Keterlibatan Sepp Blater dalam Dugaan Korupsi di FIFA

Rep: C33/ Red: M Akbar
Sepp Blatter mundur dari presiden FIFA.
Foto: AP Photo
Sepp Blatter mundur dari presiden FIFA.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Pihak jaksa penuntut Amerika Serikat dan Biro Investigasi Federal (FBI) dikabarkan sedang menyelidiki Sepp Blatter. Ia diduga sebagai salah satu petinggi FIFA yang terlibat dalam kasus korupsi.

Dilansir dari Huffington Post yang mengutip laporan New York Times, Blatter dinilai sebagai salah satu tokoh penting yang sedang berada dalam penyelidikan. "Dengan banyaknya orang yang ingin menyelamatkan diri sendiri, bisa saja akan ada yang mengucapkan namanya (Blatter). Kami tak perlu menghancurkan FIFA untuk tahu siapa saja pelakunya," ungkap salah satu sumber.

Walau sudah menangkap 14 petinggi FIFA, pihak FBI menegaskan penyelidikan masih terus dilanjutkan. Hingga saat ini, pihak FBI belum menyatakan sikap resmi perihal kabar tersebut.

Blatter memang sedang gencar dihubungkan dengan kasus mega korupsi yang mencorong lembaga sepakbola tertinggi di dunia.

Beberapa waktu lalu, mantan Direktur penuntut umum Swiss, Lord Macdonald menjelaskan bahwa ancaman hukum bagi Blatter tidak berasal dari negeri tersebut. Sejatinya menurut Macdonald, Blatter harus siap-siap mendapat ancaman hukum dari  pihak Amerika Serikat, khususnya bagian anti pemerasan.

"Jack Warner, petinggi FIFA yang menjalani penahanan di Trinidad mengatakan jika ia (Warner) dinyatakan bertanggung jawab, mengapa ia (Blatter) tidak ditahan juga?" katanya seperti dikutip dari Sky Sports.

Selain itu, menurut Macdonald pihak negeri paman sam berharap segera menginterogasi Blatter guna pengembangan skandal itu. Bahkan, ia yakin ada peluang besar kalau pihak berwenang AS akan langsung memborgol Blatter.

Menurut pria yang pernah memperoleh gelar jaksa terbaik pada 2003 dan 2008 itu, korupsi yang dilakukan FIFA cakupannya tergolong luas dan mencapai angka fantastis. Ia yakin dengan jumlah nominal yang sangat besar maka tidak mungkin Blatter sebagai pimpinan organisasi tidak mendengar masalah seperti ini dalam kurun waktu lama. Apalagi ia menjabat sebagai presiden FIFA sejak 1998 lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement