Kamis 18 Jun 2015 19:15 WIB

OKI Dukung Qatar Jadi Tuan Rumah Piala Dunia 2022

Rep: Risa Herdahita/ Red: M Akbar
Perayaan di Qatar saat FIFA mengumumkan negara kaya minyak itu akan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.
Foto: REUTERS/Fadi Al-Assaad
Perayaan di Qatar saat FIFA mengumumkan negara kaya minyak itu akan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Organisasi muslim terbesar di dunia, Organisasi Kerjasama Islam (OKI), mengajukan keberatannya atas kecurigaan dijadikannya Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022. Mereka memukul balik kritik yang diajukan negara-negara barat kepada kesepakatan antara negara teluk dengan Federsi Sepak Bola Dunia (FIFA) terkait penyelidikan korupsi dalam badan sepakbola dunia itu.

Sejauh ini, pemerintah Swiss dan AS masih dalam proses penyelidikan di balik suksesnya Rusia dan Qatar menjadi tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022. Dalam pernyataan yang dimuat di lamannya, Organisasi Kerjasama Islam (OKI) mengecam dengan mengatakan media barat telah secara tendensius menggencarkan kampanye yang manargetkan negara anggota OKI agar muncul keraguan bagi negara-negara itu menjadi tuan rumah even bergengsi itu.

"OKI menekankan dukungannya terhadap Qatar dan memastikan keberhasilannya menjadi tuan rumah Piala Dunia juga upaya menuju persiapan optimal untuk even itu," tulis pernyataan organisasi yang beranggotakan 57 negara dalam pernyataan resminya.

Jaksa Amerika Serikat mendakwa 14 administrator senior dan tokoh bisnis, termasuk pejabat FIFA atas dugaan suap dan korupsi dalam olahraga. Skandal ini ternyata menjadi pemicu kemudian untuk menyoroti penunjukkan Qatar sebagai tuan rumah.

FIFA sebelumnya juga telah mengatakan apabila negara yang bersangkutan terbukti melakukan suap dan penawaran haknya sebagai tuan rumah bisa dicabut. Qatar, di sisi lain telah menyangkal pihaknya melakukan korupsi. Soal ini, Menteri Luar Negeri Qatar, Khaled Al-Attiyah awal bulan ini mengatakan kepada Reuters, kritik atas negaranya itu lebih karena prasangka dan masalah rasisme.

Bukan hanya itu, keputusan untuk menggelar turnamen di Qatar sudah lebih dulu menuai kontroversi. Itu karena musim panas yang ekstrim pada saat penyelenggaraan turnamen nanti. Karenanya, pihak FIFA sudah memindahkan tanggal even ke musim dingin dan memaksa liga domestik untuk mengubah jadwal mereka.

Negara ini juga dikritik oleh Organisasi Hak Tenaga Kerja dan Manusia Internasional atas perlakukan mereka terhadap 1,5 juta pekerja imigran. Banyak dari mereka sedang membangun infrastruktur yang terkait dengan Piala Dunia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement