Oleh: Muhammad Iqbal
Wartawan Republika
Menyaksikan tim nasional sepak bola Belanda diporak-porandakan Turki tiga gol tak berbalas dalam lanjutan pertandingangan kualifikasi Grup A Piala Eropa 2016 di Torku Arena, Konya, akhir pekan silam, membawa ingatan penulis kepada peristiwa yang terjadi sekitar 14 tahun lalu.
Ketika itu, pada babak kualifikasi Grup 2 Piala Dunia 2002, posisi Belanda berada dalam situasi identik seperti sekarang. Jika sekarang yang menjadi rival Oranje untuk menentukan kelolosan ke Piala Eropa tahun depan adalah Turki, maka pada medio 2000-2001, pelakunya adalah Republik Irlandia.
Singkat cerita. Belanda saat itu tertinggal tiga angka dari Irlandia saat pertandingan di fase grup tersisa tiga kali. Jika dicermati, terjepitnya posisi Belanda mau tidak mau tidak dapat dilepaskan dari rentetan hasil negatif melawan tim tangguh lainnya, Portugal.
Maklum, dari dua laga melawan Portugal, Belanda kalah sekali (11 Oktober 2000) dan satu laga lainnya imbang 2-2 (28 Maret 2001). Sebaliknya, Irlandia mampu memaksa Brasil-nya Eropa itu bermain imbang 1-1 dala dua pertemuan yang berlangsung 7 Oktober 2000 dan 2 Juni 2001. Maka, jadilah pertemuan Oranje dan The Boys in Green bermakna krusial.
Mengapa? Negara-negara lain di grup ini praktis tak mampu memberikan perlawanan lantaran bukan kekuatan utama di kancah persepakbolaan Eropa yakni Estonia, Andorra, dan Siprus.
Pada bentrokan perdana di Amsterdam Arena, 2 September 2000, kedua tim bermain imbang 2-2. Sempat tertinggal lantaran ulah Robbie Keane dan Jason McAteer, Belanda sukses membalikkan melalui Jeffrey Talan dan Giovani Van Bronckhorst.