REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelatih Persija Jakarta, Rahmad Darmawan, menyindir serangkaian manuver politik yang dilakukan tim transisi yang ingin menggelar Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI. Ia juga merasa heran pihak yang selama ini berkoar-koar soal kisruh PSSI bukan berlatar belakang olahragawan, melainkan para petualang politik.
''Saya merasa heran dengan Kemenpora bersama Tim Transisinya. Sebab, selama ini yang banyak berkoar adalah orang-orang politik, bukan dari olahragawan,'' kata Rahmad di Jakarta, Selasa (15/9).
Pelatih yang akrab disapa RD ini mengakui, para pihak yang selama ini bersuara lantang menyikapi kisruh PSSI versus Kemenpora memang memiliki kemampuan yang hebat dalam satu bidang. ''Tapi olahraga itu bukanlah bidangnya,'' kata dia.
''Dengan demikian yang bisa dilakukan, kami hanya menunggu kehancuran saja. Itu sabda Rasullullah, kalau dipimpin yang bukan ahlinya," ujarnya.
Sebelumnya, anggota tim transisi, Cheppy T Wartono, menyatakan agenda terdekat tim transisi setelah gelaran Piala Kemerdekaan adalah mengadakan KLB secepatnya. Hal itu dilakukan untuk menggantikan kepengurusan saat ini yang dipimpin oleh La Nyalla Mattaliti.
Setelah kepengurusan baru itu terbentuk, PSSI yang baru akan menggulirkan kompetisi baik Indonesia Super League (ISL) maupun Divisi Utama. Tentunya dengan harapan sepak bola Indonesia lebih baik dan banyak prestasi.
Bahkan, saat ini pihaknya mulai menjalankan tahapan untuk inventarisasi kepada anggota-anggota PSSI yang jumlahnya lebih dari 700 klub. Tetapi, rencana Tim Transisi menggulihkan kepengurusan saat ini akan sulit terealisasi.
Sebab di dalam AD/ART PSSI sendiri, KLB itu yang berhak menggelar para anggota. Jadi jika ingin menggelar KLB, mereka harus lebih dulu mendapat persetujuan minimal 2/3 anggota PSSI. Di samping itu tidak banyak anggota PSSI yang menghendaki KLB buatan Tim Transisi.