REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI DKI Jakarta Gusti Randa menyesalkan tindakan Tim Transisi terhadap Pra-PON cabang sepak bola. Menurutnya, pembatalan yang dilakukan oleh Tim Transisi salah sasaran.
Tim Transisi menganggap kegiatan babak kualifikasi PON 2016 cabang sepak bola milik PSSI. Sehingga dengan percaya diri Tim Transisi membatalkan dan menunda ajang kualifikasi tersebut.
Padahal ajang kualifiaksi Pra-PON merupakan kegiatan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), bukan PSSI. Maka jika mereka merujuk pada Surat Keputusan (SK) pembekuan PSSI tentu tidak masuk akal, karena yang dibekukan PSSI bukan KONI.
Sementara Gusti Randa justru mempertanyakan kegiatan PSSI Liga Nusantara masih dibiarkan berjalan. Menurutnya Tim Transisi tidak memiliki konsistensi dan standar yang layak.
Sedangkan PSSI hanya sebagai penyelenggara di daerah hanya menyiapkan perangkat pertandingan dan membantu penyelenggaraan di lapangan. "Itu tandanya mereka tidak cerdas. Justru kegiatan PSSI sendiri masih dibiarkan saja," keluh Gusti Randa, saat ditemui di lapangan C, komplek Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGB).
Sebelumnya, Tim Transisi telah melarang semua zona untuk memainkan babak kualifikasinya. Tim bentukan Kemenpora tersebut mengeluarkan surat bernomor 175/TT-KEMENPORA/IX/2015.
Dalam surat tersebut dituliskan semua kegiatan Pra PON cabang sepak bola harus mendapat rekomendasi dari Tim Transisi. Kemudian Tim Transisi merencanakan laga kualifikasi bakal dilangsungkan pada bulan November 2015.
DKI Jakarta tergabung di zona Jawa bersama Jawa Timur yang mengundurkan diri sebagai tuan rumah, kemudian Jawa Tengah, DIY, dan juga Banten. Seharusnya laga pertama antara Jawa Tengah melawan DIY pada Selasa (6/10) digelar di Stadion Jatidiri Semarang. Namun pertandingan tersebut batal karena izin dari Polresta setempat dicabut, lantaran ada ikut campur Tim Transisi.
Akibat pembatakan itu, Gusti Randa mengaku DKI Jakarta mengaku rugi ratusan juta karena mereka sudah membeli tiket ke Surabaya dan Semarang.