REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski Turnamen Piala Presiden telah menginjak babak final, tapi promotor Mahaka Sporta and Entertainment belum menentukkan stadion untuk partai puncak tersebut.
Ada tiga opsi yang berkembang, yaitu Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) di Jakarta, Stadion Kapten I Wayan Dipta, di Bali dan Stadion Manahan, di Solo. Terkait belum jelasnya venue final, Sriwijaya FC tidak ingin mempersoalkannya. Sebab dimanapun berada mereka selalu siap bertanding.
Rencananya partai final antara Persib Bandung melawan Sriwijaya FC akan dilangsungkan pada Ahad (18/10) pekan depan.
Manajer Sriwjaya FC, Robert Heri menegaskan timnya enggan mempermasalakan venue final tersebut. Menurutnya Sriwijaya FC akan menerima apapun yang menjadi keputusan promotor. Bahkan saat Laskar Wong Kito tidak bisa menyelenggarakan laga kandang karena kabut asap, pihaknya tidak menggerutu.
"Kami siap bermain dimanapun. Kami sudah diuji dengan beberapa laga tandang," jelas Robert Heri saat dihubungi melalui seluler, Senin (12/10).
Memang sepanjang Turnamen Piala Presiden, Sriwijaya FC memiliki catatan apik bermain di luar Stadion Jakabaring, Palembang yang menjadi kandang mereka. Dari enam kali berlaga di luar Stadion Jakabaring, mereka berhasil meraup poin penuh sebanyak tiga kali, dua kali di fase grup, satu kali di babak semi final.
Kekalahan laga tandang satu-satunya saat melawat ke Stadion Gelora Bung Tomo (GBT), Laskar Wong Kito kalah tipis 1-0 dari Bonek FC. Tentu dengan modal ini, Sriwiajya FC sangat percaya diri menghadapi Persib Banding dimanapun final diselenggarakan.
Sementara lawannya, Persib Bandung memiliki catatan buruk jika berlaga di luar Stadion Si Jalak Harupat, Bandung. Dari dua kali laga tandang, tak sekalipun luput dari kekalahan. Kalah 3-2 dari Pusamania Borneo FC, di putaran pertama babak delapan besar, kemudian dikalahkan Mitra Kukar di Stadion Aji Imbut, Ahad (4/10) lalu, dengan skor tipis 1-0. Hasil ini tentu menjadi catatan khusus untuk sang pelatih Djajang Nurjaman, jelang final Piala Presiden.