REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perwakilan induk organisasi sepak bola dunia, FIFA dan juga AFC datangi kantor federasi sepak bola Indonesia. Kedatangan kedua lembaga sepak bola internasional itu diwakili oleh James Johnson, Mariano V Araneta, HRH Prince Abdullah Shah, Windsor Jhon, Sanjeevan, Kozho Tashima, dan Kazumi Shimizu.
Kehadiran mereka bertujuan untuk membahas sanksi FIFA terhadap sepak bola Indonesia Setibanya di kantor PSSI pukul 10.00 WIB, mereka sendiri disambut langsung oleh ketua umum PSSI, La Nyala Mahmud Mattalitti, dan juga dewan kehormatan PSSI, Agum Gumelar. Tak ketinggalan dua wakil ketua umum, Erwin Budiawan, Hinca Panjaitan, serta anggota exco PSSI, Djamil Aziz.
"Kedatangan mereka jelas untuk menyampaikan keinginan kuat FIFA untuk turut menyelesaikan permasalahan di sepak bola Indonesia. Apalagi Indonesia ditunjuk jadi tuan rumah Asian Games," kata Agum Gumelar dalam jumpa pers, sesaat setelah melakukan pertemuan dengan PSSI, Selasa (2/11).
Dalam pertemuan tersebut, PSSI juga menyampaikan PSSI mengalami kesulitan dalam menjalanbkan roda kompetisi, bahkan sampai tingkat daerah. Hal ini disebabkan tidak adanya dukungan dari pemerintah. Tidak hanya itu, PSSI juga mengadukan jika kompetisi amatir pun hanya boleh dilakukan kalau berkoordinasi dengan Tim Transisi. Padahal FIFA sendiri mengecam keberadaan Tim Transisi.
Mantan Komandan Jenderal (Danjen), Agum Gumelar juga menjelaskan jika FIFA masih mengakui PSSI kepengurusan 2015-2019. Selain itu disebutnya perwakilan FIFA dan AFC juga akan mencari formula penyelesaian setelah bertemu dengan presiden Joko Widodo. Kemudian menurutnya, mereka juga direncanakan bertemu dengan APPI, APSNI, PT Liga Indonesia, SIWO di PSSI, Selasa (3/11).
Agum menambahkan jika mereka bakal mencari solusi agar aktivitas sepak bola kembali normal. Agum menegaskan satu poin dari James, FIFA berpedoman hasil Kongres Luar Biasa (KLB) di Surabaya pada April lalu. Sehingga dengan demikian, rencana Tim Transisi untuk menggelar KLB akan sia-sia dan hanya mengamburkan uang saja. Sebab dengan tegas FIFA tidak mengakui adanya pengurus baru.