REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertemuan antara Presiden Joko Widodo dan perwakilan FIFA serta AFC tidak didampingi oleh perwakilan PSSI. Menurut ketua dewan kehormatan PSSI, Agum Gumelar, pihaknya dilarang untuk mendampingi utusan FIFA dan AFC dalam kunjungannya ke Indonesia.
Bahkan, Agum sendiri mengaku dua kali ditolak masuk istana untuk melobi agar pihak istana menerima kunjungan FIFA dan AFC tersebut. Meski demikian PSSI tak ingin terlalu mempersoalkan hal tersebut. Menurutnya, meski tak didampingi oleh PSSI, Agum yakin perwakilan lembaga sepak bola dunia itu bisa bersikap independen tak bisa diintervensi oleh pemerintah.
Selain itu sebagai warga negara yang baik, PSSI juga enggan melawan keputusan presiden. Apalagi dalam pertemuannya, perwakilan FIFA dan AFC menegaskan jika FIFA masih mengakui kepengurusan PSSI periode 2015-2019 yang diketuai oleh La Nyalla Mahmud Mattalitti.
Agum menambahkan dirinya sangat tidak mengerti dengan perlakuan pemerintah terhadap PSSI. Menurutnya PSSI seolah-olah barang najis yang harus dijauh dan dibuang.
"FIFA dan AFC silakan jalan sendiri ke Presiden Jokowi, supaya biar kami juga tidak dituding mau mengarah-arahkan delegasi FIFA/AFC. Sehingga mereka juga bisa menjadi lebih bebas menjelaskan ke Presiden dan menteri," kata Agum sesaat setelah pertemuan dengan perwakilan FIFA dan AFC, Senin (2/11).
Wakil Ketua Umum PSSI, Hinca Panjaitan menyatakan hadirnya perwakilan FIFA dan AFC dan melakukan pertemuan di kantor PSSI menandakan jika mereka hanya mengakui PSSI sebagai pengelola sepak bola di Indonesia.
Tidak hanya itu. mereka juga enggan menyambangi kantor Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Hinca menyebutkan FIFA dan AFC sangat patut terhadap statuta FIFA, sehingga apapun bentuk intervensi tidak dikompromi oleh mereka.