REPUBLIKA.CO.ID, LEICESTER — Leicester City baru kembali promosi ke Liga Primer Inggris musim lalu setelah terlelap di kasta kedua dan ketiga selama satu dekade lamanya. Dua musim sekembalinya dari divisi dua dan satu tersebut, kini klub yang dimiliki taipan Vichai Srivaddhanaprabha ini menjelma jadi tim kuat.
Hingga pekan ke-13, Leicester mampu bertengger di peringkat pertama Liga Primer Inggris dengan koleksi 28 poin. Meraih delapan kemenangan, empat seri, dan sekali kalah, Leicester jadi tim yang paling rajin membobol gawang lawan dengan catatan 28 gol.
Akhir pekan ini, Ahad (29/11) dini hari, ketajaman tim berjuluk the Foxes akan diuji oleh kesebelasan yang punya pertahanan terbaik di Liga Primer Inggris, Manchester United (MU). Setan Merah mampu jadi yang terbaik soal menggalang pertahanan di antara 19 kontestan Liga Primer Inggris lainnya. Sejauh ini, baru sembilan bola yang masuk ke gawang David De Gea dan Sergio Romero
Skuat asuhan Louis Van Gaal itu itu pun kini mampu bertengger tepat satu setrip di bawah Leicester dengan perbedaan poin tipis, yakni 27. Maka tak heran, meski Leicester masih dianggap beda kelas dengan MU, namun banyak pihak melabeli laga ini sebagai partai Big Match.
Pelatih Leicester Claudio Ranieri menyadari laga di kandang mereka, Stadion King Power nanti akan menjadi partai sarat gengsi. Selain soal perebutan puncak klasemen, ada cap pertarungan tim tertajam kontra kesebelasan dengan pertahanan terkuat di sana.
Meski demikian, Ranieri menyatakan, tidak sama sekali gentar menghadapi nama besar sekaligus status tim pemilik pertahanan terbaik yang disandang United. Pelatih asal Italia ini mengaku tak khawatir karena dia sudah mengetahui racikan formasi tepat untuk mengalahkan United rasa Van Gaal.
“Saya pernah mengalahkan Van Gaal sebanyak tiga kali hanya dalam 10 hari ketika kami menangani tim Liga Spanyol. Saya percaya ini bisa kembali saya lakukan bersama Leicester,” ujar Van Gaal dikutip dari ESPN Kamis (26/11).
Ikuti Whatsapp Channel Republika
