Ahad 13 Dec 2015 20:07 WIB

Richard, Seorang Mualaf yang Jadi Pemain Terbaik Liga Santri

Richard Rahmad
Foto: dokpri
Richard Rahmad

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pondok Pesantren Nurul Islam (Nuris) sukses menjuarai Liga Santri Nusantara (LSN) edisi perdana di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Ahad (6/12) lalu. Tim ponpes asal Jember itu mengalahkan tim ponpes Banten, Al Asyariah, lewat adu penalti dengan skor 7-6.

Satu nama yang cukup menjadi perbincangan sepanjang turnamen berlangsung adalah Richard Rahmad, pemain Nuris yang dinobatkan menjadi pemain terbaik LSN. Sang gelandang mendapatkan predikat tersebut setelah tampil konsisten, menciptakan banyak assist, dan menjadi ruh permainan Nuris.

Richard sering dibicarakan karena ia seorang mualaf. Kisah hidupnya pun dituturkan oleh pelatih Nuris yang juga sang ayah, Sutikno, yang sampai saat ini masih beragama non Muslim. Ia menuturkan, Sejak kecil, Richard beragama kristen mengikuti keyakinannya. Sekolahnya pun di SD kristen.

Memasuki SMP, Richard disekolahkan di SMP katholik di Jember. Sedangkan saat SMA ia disekolahkan di sekolah katolik. "Jadi mulai kecil terbiasa di sekolah yang tidak harus sama agamanya," kata Sutikno, dalam siaran persnya, Ahad (13/12)

Baru menjadi mualaf Juli 2015 lalu, Richard sebenarnya ingin menjadi mualaf sejak 2013 lalu. Namun, Sutikno meminta sang anak tak terburu-buru. Ketika itu dia khawatir anaknya hanya terpengaruh saja sehingga ingin pindah agama. Tapi ternyata, setelah masuk SMA dia kemudian memantapkan hati untuk menjadi mualaf.

Karena menganggap anak sudah dewasa, dia tidak mau menghalangi kepercayaan anaknya. Juli lalu, Richard sudah menjadi muslim. Secara legal, pada Agustus lalu perubahan agamanya diakui negara.

Sutikno bahkan diminta menandatangani surat tidak keberatan anaknya berpindah agama. Dia kaget kenapa permasalahan anaknya yang dianggap non muslim ikut Liga Santri mengemuka setelah event selesai. Jika memang bermasalah, maka seharusnya sejak verifikasi anaknya tidak bisa lagi ikut Liga Santri.

"Tapi anak saya lolos verifikasi. Tidak ada yang salah dengan dia. Kalau pun dia non muslim, apakah salah dia bermain sepak bola dan mengikuti Liga Santri. Toh, di regulasi juga dijelaskan soal itu," katanya.

Dari penuturan ayahnya, gelandang Nuris tersebut dari kecil memang getol berlatih sepak bola. Dia pernah mendapatkan beasiswa SSI Arsenal di Surabaya pada 2012 lalu selama setahun. Tapi karena jarak yang jauh dari Jember ke Surabaya, Richard pun kembali ke SSB Niagara dan berlatih pula dengan SSB Nuris.

Sembari berlatih sepak bola dan sekolah di SMA katholik St Paulus Jember Richard juga nyantri di Ponpes Nuris. Dia mengaji setiap Senin, Kamis, dan Sabtu. "Jangan toleransi hilang gara-gara ada masalah suka dan tidak suka. Sepak bola itu kan menolak rasisme," kata pria asal Ambulu, Jember tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement