REPUBLIKA.CO.ID, ZURICH -- Setelah melakukan pemungutan suara, organisasi sepak bola tertinggi di dunia akhirnya memenangkan Gianni Infantino sebagai Presiden FIFA yang baru. Gianni berhasil mengumpulkan 115 suara.
Sementara saingan lainnya, Sheikh Salman bin Ebrahim al-Khalifa berhasil meraup 88 suara, Pangeran Ali bin al-Hussein mendapatkan empat suara, sedangkan Jerome Champagne tidak satu pun mendapatkan dukungan.
"Saya menerima hasil pemilu ini, terima kasih," kata Gianni Infantino di laman BBC, Sabtu (27/2).
Giantini yang sempat menjadi Sekretaris Jenderal UEFA ini mengatakan dirinya merasa luar biasa bisa bertemu dengan banyak orang fantastis yang mencintai sepak bola, yang bernapas sepak bola.
"Saya ingin menjadi presiden kalian semua, semua 209 negara. Saya ingin bekerja dengan kalian semua untuk bekerja sama dan membangun era baru di mana kita dapat menempatkan sepak bola di tengah panggung," lanjutnya.
Sebelumnya, Gianni merupakan kandidat yang disebut-sebut hanya meramaikan pemilihan presiden FIFA baru. Mengapa? Karena kandidat yang satu ini amat jarang melakukan ragam hal yang berkaitan dengan kampanye menjadi presiden FIFA.
Nyaris sejak memutuskan maju sebagai kandidat, Sekretaris Jenderal UEFA ini tak pernah meramaikan pemberitaan. Tak ayal, hingga kini masih sumir sebenarnya apa motif khusus dari keputusan advokat berdarah Italia ini mencalonkan diri.
Muncul isu jika majunya Infantino merupakan jawaban UEFA atas dinonaktifkannya Presiden mereka, Michel Platini akhir tahun lalu. Karena tak ingin kehilangan muka, Infantino pun didorong tampil.
Infantino mengatakan, banyak kesamaan pandangan dan pemahaman akan masa depan sepak bola dunia antara dia dan Platini. Untuk itu, dia berniat membenahi FIFA sesuai keinginan semangat majunya sepak bola Eropa.
Namun, bukan berarti sosok berkepala plontos ini akan mudah tersisih. Diyakini, jabatannya sebagai Sekjen UEFA bisa membuat dia mendapat dukungan suara dari asosiasi sepak bola negara-negara Eropa.